Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Desain dan Implementasi Program Sentra Vaksin Coronavirus Disease (COVID-19) Di Universitas Islam Sultan Agung Semarang Yuliyanti, Suryani; Listiarini, Dian Ayu; Rahayu; Gunawan, Robby
JCOMENT (Journal of Community Empowerment) Vol. 5 No. 1 (2024): Community Empowerment
Publisher : The Journal Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55314/jcoment.v5i1.540

Abstract

Pemerintah kota Semarang bekerja sama dengan berbagai universitas untuk menyelenggarakan program percepatan vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat Kota Semarang, sebagai upaya menghentikan penyebaran virus COVID-19 yang sedang meningkat. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan proses perencanaan dan implementasi program sentra vaksin Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA). Metode artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus yakni pengabdian masyarakat dilakukan dari perencanaan hingga pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dalam program “sentra vaksin UNISSULA”. Program ini dilaksanakan di gedung auditorium UNISSULA bagian civitas akademika UNISSULA, pengabdi Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) dan masyarakat sekitar UNISSULA pada 5 Juli sampai dengan 10 September 2022 jam 08.00 sampai jam 12.00 WIB. Hasil kegiatan menujukkan bahwa program sentra vaksin berhasil memberikan vaksinasi COVID-19 dosis 1 dan 2 sejumlah 22,061 dengan rincian: vaksin 1 sebanyak 11.512 dosis, vaksin 2 sebanyak 10.549 dosis. Pelaksanaan pengabdian masyarakat tersebut bertujuan membantu peningkatan capaian angka vaksinasi COVID-19 di kota Semarang sebagai upaya memutus rantai penyebaran penyakit COVID-19.
Management of restrictive and obstructive lung disease in intensive care unit: a review Listiarini, Dian Ayu; Jufan, Akhmad Yun; Wisudarti, Calcarina Fitriani Retno
Sains Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 15, No 1 (2024): June 2024
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/sainsmed.v15i1.35660

Abstract

Lung disease is broadly divided into obstructive lung disease (OLD) and restrictive lung disease (RLD). The latter is a disorder of the parenchyma, pleura, thorax, or neuromuscular walls of the lungs, characterized by decreased total lung capacity due to reduced lung distensibility. Meanwhile, OLD causes increased resistance to flow due to the blockage of part or all of the respiratory tract from the trachea to the terminal bronchioles. These two diseases' initial symptoms and signs are common, such as shortness of breath, coughing, cyanosis, respiratory muscle retractions, snoring, and fever. Early detection is needed to recognize differences in symptoms and signs, establish a diagnosis, and carry out appropriate treatment. It is essential to differentiate between RLD and OLD because they have different therapeutic management. This review aims to discuss the management of restrictive and obstructive lung disease in intensive care unit It is drawn upon various sources, including case reports, literature reviews, systematic reviews, and meta-analyses, to provide an overview of the difference between RLD and OLD to help clinicians differentiate between RLD and OLD and provide appropriate therapeutic management. Although RLD and OLD have similar signs and symptoms, they have different pathologic processes. The leading cause of RLD is a pathological condition that causes a decrease in lung compliance. Meanwhile, the primary pathological process of OLD is an increase in airway resistance, which causes typical obstructive symptoms. Addressing this area of interest can help clinicians to provide appropriate management of both pharmacotherapy and mechanical ventilation and monitoring of respiratory mechanisms
Pemeriksaan Kesehatan dan Edukasi tentang Latihan Sendi Bahu untuk Mengatasi Nyeri bagi Warga Getasan Kabupaten Semarang Rosdiana, Ika; Masfiyah, Masfiyah; Listiarini, Dian Ayu; Santosa, Wignyo; Yusuf, Iwang; Suparmi, Suparmi
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran Vol 3, No 2 (2024): Mei
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/abdimasku.3.2.39-46

Abstract

Nyeri bahu merupakan nyeri yang sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Nyeri tersebut membatasi kemampuan untuk mengangkat lengan di atas kepala atau memutar bahu. Faktor risiko nyeri bahu dilaporkan berhubungan dengan berbagai faktor sosio-demografis, klinis, pekerjaan, dan berbagai paparan fisik dalam pekerjaan. Mata pencaharian penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan bercocok tanam di kebun, serta kondisi geografis yang naik turun memungkinkan seseorang harus berjalan dengan tenaga lebih dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan sehingga berpotensi untuk mengalami nyeri pada sendi sendi. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini adalah untuk memberikan pemeriksaan kesehatan dan edukasi latihan sendi bahu untuk mengurangi nyeri bagi masyarakat Dusun Mulungan. Selain itu, jika dibutuhkan pasien diberikan pengobatan gratis sesuai dengan keluhan yang dialami berdasarkan hasil anamnesa dokter yang terlibat. Metode pelaksanaan PkM terdiri dari 2 tahap: (1) penyuluhan kesehatan mengenai penyakit nyeri bahu dan tatalaksana latihan sederhana, (2) pemeriksaan dan pengobatan gratis. Sebagian besar masyarakat yang memeriksaan kesehatan adalah perempuan 44(77,2%), dan usia lanjut 25 (43,9%). PkM di dusun Mulungan, Getasan, Kabupaten Semarang bermanfaat sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang memiliki keterbatasan akses layanan kesehatan.A frozen shoulder is a pain that often occurs with age. The pain limits the ability to raise the arm above the head or rotate the shoulder. Risk factors for shoulder pain are reported to be related to various factors, including socio-demographic, clinical, and occupational, as well as different occupational physical exposures. The livelihoods of the population, most of whom work as farmers and grow crops in gardens, as well as the ups and downs of geographical conditions, mean that people have to walk with more energy than those who live in urban areas, so they have the potential to experience joint pain. This community service activity (PkM) aims to provide health checks and education on shoulder joint exercises to reduce pain for the people of Mulungan Hamlet. Apart from that, if necessary, patients are given free treatment according to the complaints they are experiencing based on the results of the anamnesis of the doctors involved. The PkM implementation method consists of 2 stages: (1) health education on shoulder pain and simple exercise management, and the second stage is free examination and treatment. Most who had health checks were women 44 (77.2%), and 25 (43.9%) elderly. PkM in Dusun Mulungan, Getasan, Semarang Regency, helps improve people's health with limited access to health services.
Anesthetic Management of Supraglottic Tumors Undergoing Direct Laryngoscopy Ajie, Astrandaya; Listiarini, Dian Ayu; Alfaruq, Ahmad Umar
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 17, No 1 (2025): JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.63062

Abstract

Background: Supraglottic tumors are a type of tumor in the larynx that often causes airway obstruction. Comorbidities such as pulmonary tuberculosis (TB) and malnutrition can threaten patient safety during surgery. Comprehensive special perioperative anesthetic management involving multidisciplinary procedures and good communication between anesthesiologists and surgeons is needed. The aim of this case report is to understand the anesthetic management of a patient with a supraglottic laryngeal tumor with comorbid pulmonary TB, atelectasis and malnutrition.Case: A 44-year-old man came to the ear, nose and throat (ENT) clinic with complaints of shortness of breath since the previous month accompanied by pain while swallowing. The patient had a history of smoking and pulmonary TB. Computed tomography (CT) revealed a supraglottic tumor that was suspected to be malignant. The patient was programmed to undergo direct laryngoscopy for tissue biopsy.Discussion: The patient was intubated with a size 5 nonkinking endotracheal tube (ET tube) on the inside, which was connected to a size 7 kinking ET tube on the outside because the glottis rima was narrowed because of a tumor in the supraglottis so that only a small ET tube could pass to secure the airway. In this patient, induction therapy was performed with propofol and opioids. Muscle relaxants are not given to maintain respiratory muscle tone, especially in patients with pulmonary TB and atelectasis, who require full function of the respiratory muscles due to impaired lung development.Conclusion: Special perioperative management is needed in patients with supraglottic tumors with comorbid pulmonary TB, atelectasis and malnutrition. Airway management and the drugs and anesthesia induction techniques chosen must be agents that have minimal side effects on the respiratory tract and maintain respiratory muscle tone.
HUBUNGAN DURASI ANESTESI UMUM DENGAN TINGKATAN NYERI TENGGOROKAN PASCA ANESTESI PENELITIAN OBSERVASIONAL PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Maulana, Lalu Arya Sahasika; Listiarini, Dian Ayu; Yusuf, Iwang
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 4, No 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Nyeri tenggorokan pasca anestesi umum adalah komplikasi umum yang dapat memengaruhi kenyamanan pasien dan memperlambat pemulihan. Penelitian menunjukkan bahwa durasi anestesi yang lebih lama berhubungan dengan peningkatan insiden nyeri tenggorokan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara durasi anestesi umum dan tingkat nyeri tenggorokan pada pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Metode: Studi observasional dengan desain cross-sectional dilakukan terhadap 35 pasien yang menjalani anestesi umum dengan intubasi. Durasi anestesi dikategorikan menjadi kurang dari 2 jam dan 2 jam atau lebih. Tingkat nyeri tenggorokan diukur menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara durasi anestesi dan tingkat nyeri tenggorokan. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 40% pasien mengalami nyeri ringan, 34,3% tidak mengalami nyeri, 13,1% mengalami nyeri sedang, dan 8,6% mengalami nyeri berat. Analisis bivariat mengungkapkan hubungan signifikan antara durasi anestesi dan tingkat nyeri tenggorokan (p = 0,032). Kelompok dengan durasi anestesi ≥ 2 jam memiliki proporsi lebih tinggi untuk nyeri sedang dan berat.. Kesimpulan: Durasi anestesi umum yang lebih lama berkorelasi signifikan dengan peningkatan tingkat nyeri tenggorokan pasca anestesi. Temuan ini menekankan pentingnya pengelolaan durasi anestesi untuk meminimalkan komplikasi pascaoperasi. Kata Kunci: anestesi umum, nyeri tenggorokan, durasi anestesi, VAS