Transformasi makna kata Tobat dalam Al-Qur’an tidak hanya relevan sebagai kajian linguistik, tetapi juga penting dalam memahami peran etika spiritual dalam membangun struktur sosial yang sehat. Artikel ini membahas bagaimana kata Tobat mengalami perluasan makna melalui berbagai bentuk derivatifnya, seperti f‘îil mâḍi, muḍhâri’, amr, masdar, isim fâ‘il, hingga isim makân, dalam konteks ayat-ayat Al-Qur’an. Rumusan masalah dalam kajian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk morfologis kata Tobat mempengaruhi makna yang dikandungnya, serta bagaimana relevansi makna tersebut terhadap nilai-nilai rekonsiliasi sosial dalam ajaran Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik dengan kombinasi analisis sinkronik untuk mengkaji struktur kata dalam satuan ayat, serta dikronik untuk menelusuri perkembangan makna antar fase Makkiyah dan Madaniyah. Hasil analisis menunjukkan bahwa Tobat dalam bentuk lampau menandakan kepastian pengampunan, dalam bentuk fi’il muḍâri’ menunjukkan proses yang terbuka, dan dalam bentuk amr menunjukkan seruan etis kolektif. Adapun bentuk isim makān menunjukkan arah hidup spiritual seorang mukmin. Pada fase Makkiyah, Tobat lebih bersifat personal-transendental, sementara pada fase Madaniyah maknanya meluas menjadi etis-sosial. Dengan demikian, Tobat dalam Al-Qur’an bukan sekadar bentuk pengakuan spiritual, tetapi juga mekanisme korektif untuk membangun kembali relasi sosial yang harmonis dalam masyarakat.