Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Karakteristik Klinis Gastritis Kronik Akibat Helicobacter Pylori Positif (HPPG): Tinjauan Pustaka Ramadhan, Iqbal; Humardhani, Ariadi; A.R.L , Syafruddin
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i10.62200

Abstract

Gastritis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di masyarakat dan sering kali berkaitan dengan gaya hidup modern yang kurang sehat. Kondisi ini menjadi salah satu gangguan gastrointestinal yang paling umum dan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2020), prevalensi gastritis meningkat seiring bertambahnya usia, dengan populasi usia 25–34 tahun mencapai 0,1%. Gastritis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Helicobacter pylori positif gastritis (HPPG) dan Helicobacter pylori negatif gastritis (HPNG), di mana HPNG terjadi tanpa adanya infeksi H. pylori namun tetap menunjukkan tanda-tanda peradangan pada mukosa lambung. Faktor penyebab HPNG meliputi penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs), stres, gangguan autoimun, konsumsi alkohol, infeksi, dan trauma. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko, mekanisme infeksi, serta dampak Helicobacter pylori terhadap kejadian gastritis kronis. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan tinjauan pustaka sistematis terhadap jurnal-jurnal ilmiah nasional dan internasional yang relevan antara tahun 2018–2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi H. pylori menjadi penyebab utama gastritis kronis akibat kemampuannya beradaptasi dalam lingkungan asam lambung melalui produksi enzim urease, pembentukan biofilm, dan mekanisme imunomodulasi. Selain itu, faktor gaya hidup seperti konsumsi makanan pedas, alkohol, stres, dan penggunaan obat jangka panjang turut memperburuk kondisi mukosa lambung. Implikasi penelitian ini menekankan pentingnya edukasi kesehatan masyarakat tentang pola makan sehat, pengendalian stres, serta skrining dini terhadap infeksi H. pylori untuk mencegah komplikasi gastritis kronis yang dapat berkembang menjadi ulkus atau kanker lambung.
Literature Review “Manfaat Tatalaksana Predialitik Untuk Memperlambat Progresivitas Penyakit Ginjal Kronis Dan Tatalaksana Intradialitik Untuk Memperbaiki Kualitas Hidup” Alqudsi, Hade Irhas; Humardhani, Ariadi; Armelia, Linda
Journal of Innovative and Creativity Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat dan menempati posisi penting dalam beban penyakit tidak menular di dunia. Data global menunjukkan sekitar 850 juta orang hidup dengan PGK, dan jutaan di antaranya membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis atau transplantasi. Di Indonesia, tren serupa terjadi dengan peningkatan signifikan jumlah pasien aktif hemodialisis setiap tahunnya, terutama akibat diabetes melitus dan hipertensi. Kondisi ini menuntut penerapan tatalaksana yang komprehensif, meliputi fase predialitik dan intradialitik, sebagai upaya mempertahankan fungsi ginjal serta memperbaiki kualitas hidup pasien. Penelitian ini menggunakan metode tinjauan pustaka (literature review) yang bersumber dari berbagai publikasi ilmiah dan pedoman nefrologi terkini, termasuk KDIGO 2024, The Lancet, dan New England Journal of Medicine periode 2016–2025. Hasil kajian menunjukkan bahwa terapi predialitik berfokus pada pengendalian tekanan darah, perbaikan metabolik, koreksi anemia, serta edukasi dan dukungan psikososial untuk menunda progresivitas penyakit. Intervensi seperti penggunaan ACE inhibitor, ARB, dan SGLT2 inhibitor terbukti menurunkan albuminuria serta memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Sementara itu, terapi intradialitik bertujuan meningkatkan efisiensi dialisis dan stabilitas hemodinamik melalui latihan fisik selama dialisis (intradialytic exercise), pemberian nutrisi intradialitik, pendinginan dialisat, serta penerapan hemodiafiltrasi volume tinggi. Integrasi kedua fase terapi ini membentuk sistem penatalaksanaan berkelanjutan yang tidak hanya memperlambat progresivitas PGK tetapi juga meningkatkan outcome klinis, status fungsional, dan kualitas hidup pasien secara menyeluruh.