This Author published in this journals
All Journal An-Nas
R.A. Amelya Salsabila
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

SIMULAKRA DAN HIPERREALITAS DALAM RUANG DIGITAL: PERAN INFLUENCER TIKTOK TERHADAP KONSTRUKSI CITRA SERTA KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KECANTIKAN PADA GENERASI Z Deni Aries Kurniawan; Adelia Lucky Pratiwi; Tasya Wulandari; R.A. Amelya Salsabila; Eko Mulyono
An-Nas Vol. 9 No. 2 (2025): AN-NAS: Jurnal Humaniora
Publisher : Fakultas Syariah dan Adab Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/annas.v9i2.5530

Abstract

Media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z, terutama dalam memengaruhi pola konsumsi mereka. TikTok sebagai salah satu platform yang paling populer di kalangan generasi ini, memegang peranan besar dalam membentuk tren dan perilaku konsumtif, salah satunya dalam hal pembelian produk kecantikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran influencer dan media sosial TikTok dalam membentuk keputusan pembelian produk kecantikan di kalangan Generasi Z. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan 7 subjek dari kalangan mahasiswa Generasi Z yang merupakan pengguna aktif TikTok. Teori simulasi dan hiperrealitas milik Jean Baudrillard digunakan sebagai alat analisis untuk memahami bagaimana representasi simbolik di media sosial memengaruhi realitas konsumsi. Hasil diskusi menunjukkan bahwa influencer di TikTok tidak hanya mempromosikan produk, tetapi juga melakukan konstruksi atas citra dan standar kecantikan yang ideal. Citra yang disajikan melalui konten sering kali menjadi hiperrealitas yang lebih dapat dipercaya daripada realitas objektif. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian Generasi Z sangat dipengaruhi oleh citra yang terbentuk melalui media sosial, bukan semata-mata karena kebutuhan. Penelitian ini menegaskan bahwa media sosial, khususnya TikTok, telah menjadi ruang simulasi di mana makna dan identitas konsumtif dibentuk dan dinegosiasikan