Pendahuluan: Pandemi COVID-19 telah berdampak pada sistem kesehatan di seluruh dunia. Penularan COVID-19 yang terjadi melalui kontak, aerosol, droplet dan fomite membuat dokter gigi termasuk dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial, memiliki resiko tinggi terinfeksi COVID-19. Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan PSBB dan PPKM dalam pengendalian penyebaran COVID-19. Hasil beberapa penelitian, peraturan di beberapa negara seperti karantina kewilayahan atau lockdown, mempunyai dampak terhadap kasus bedah mulut dan maksilofasilofasial. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi ilmiah mengenai karakteristik kasus bedah mulut dan maksilofasial sebelum dan selama pandemi di RSGM Unpad. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi retrospektif deskriptif menggunakan data sekunder berupa rekam medis pada Maret 2018 hingga Februari 2022 di Poli Paviliun RSGM Unpad. Data yang diambil berupa usia, jenis kelamin, diagnosis, dan tatalaksana. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan pembobotan. Hasil: Jumlah kunjungan sebelum pandemi 264 (45.83%), selama pandemi 312 (54.17%). Jenis kelamin pasien sebelum pandemi diantaranya laki-laki 115 (43.56%), perempuan 149 (56.44%) dan selama pandemi diantaranya laki-laki 119 (38.14%), perempuan 193 (61.86%). Kategori usia terbanyak sebelum pandemi yaitu dewasa 86 (32.58%) sedangkan selama pandemi yaitu remaja 124 (39.74%). Kasus terbanyak sebelum dan selama pandemi yaitu impaksi gigi (sebelum 40.53%, selama 47.12%). Jenis tatalaksana terbanyak sebelum pandemi yaitu ekstraksi gigi (33.33%), sedangkan selama pandemi yaitu odontektomi (31.41%). Simpulan: Jumlah kunjungan selama pandemi lebih banyak daripada sebelum pandemi. Kasus terbanyak sebelum dan selama pandemi diantaranya impaksi gigi, kontrol pasca operasi, dan abses rongga mulut. Tatalaksana terbanyak sebelum dan selama pandemi diantaranya ekstraksi gigi, odontektomi, dan konsultasi dokter gigi spesialis.