Antimicrobial resistance (AMR) remains a growing global challenge, particularly among enteric Gram-negative pathogens such as Escherichia coli and Shigella dysenteriae, which continue to cause high morbidity in low-resource settings. In response, ethnopharmacological approaches offer promising, locally grounded alternatives. This study investigated the antibacterial activity of the traditional North Maluku herbal drink Rorano Yuka—a polyherbal decoction of ginger, turmeric, clove, lemongrass, cinnamon, galangal, black pepper, nutmeg, and areca nut—and its infusion against E. coli and S. dysenteriae. Using an agar diffusion assay across graded concentrations (2.5–10% w/v), both preparations exhibited inhibitory effects, with process-dependent variations. The decoction (Yuka) showed a clear dose–response pattern and achieved the strongest inhibition, surpassing the positive control against S. dysenteriae at 10%, while the infusion displayed peak activity at intermediate concentration against E. coli. These findings indicate that heat treatment enhances extraction of polar, heat-stable phytochemicals with broad antibacterial potential, whereas milder infusion may preserve volatile constituents. The results support Rorano Yuka’s potential as a culturally accepted, plant-based antibacterial candidate and contribute to evidence-based validation of traditional remedies. Future work should include phytochemical characterization, MIC/MBC assays, and in vivo evaluations to guide dose standardization, safety assessment, and integration into community-level diarrheal disease management. Abstrak. Resistensi antimikroba (AMR) tetap menjadi tantangan global yang terus meningkat, terutama pada patogen enterik Gram-negatif seperti Escherichia coli dan Shigella dysenteriae yang masih menyebabkan angka kesakitan tinggi di wilayah dengan sumber daya terbatas. Sebagai respons terhadap permasalahan ini, pendekatan etnofarmakologi menawarkan alternatif yang menjanjikan dan berbasis kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antibakteri dari minuman herbal tradisional Maluku Utara, Rorano Yuka—ramuan polih herbal hasil rebusan yang mengandung jahe, kunyit, cengkeh, serai, kayu manis, lengkuas, lada hitam, pala, dan pinang—serta hasil infusinya terhadap E. coli dan S. dysenteriae. Dengan menggunakan metode difusi agar pada berbagai konsentrasi (2,5–10% b/v), kedua sediaan menunjukkan efek penghambatan yang bervariasi tergantung pada proses persiapannya. Sediaan rebusan (Yuka) menunjukkan pola dosis–respon yang jelas dan menghasilkan daya hambat tertinggi, bahkan melampaui kontrol positif terhadap S. dysenteriae pada konsentrasi 10%, sementara sediaan infus mencapai aktivitas puncak pada konsentrasi menengah terhadap E. coli. Temuan ini menunjukkan bahwa proses pemanasan meningkatkan ekstraksi senyawa fitokimia polar dan stabil terhadap panas yang memiliki potensi antibakteri luas, sedangkan proses infus yang lebih ringan mampu mempertahankan komponen volatil. Hasil penelitian ini mendukung potensi Rorano Yuka sebagai kandidat antibakteri berbasis tanaman yang diterima secara budaya serta memberikan kontribusi terhadap validasi ilmiah obat tradisional. Penelitian lanjutan disarankan mencakup karakterisasi fitokimia, uji MIC/MBC, dan uji in vivo untuk menentukan standarisasi dosis, penilaian keamanan, serta integrasinya dalam pengelolaan penyakit diare berbasis masyarakat.