Akses antar wilayah menggunakan jalur laut di Indonesia masih belum optimal dikarenakan arus barang atau perdagangan di wilayah timur yang tidak seimbang (imbalance) serta minimnya sarana dan prasarana infrastruktur pelabuhan, sehingga terjadi ketimpangan antara Kawasan Indonesia Barat dengan Kawasan Indonesia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks konektivitas di wilayah Kepulauan Maluku dengan menggunakan pendekatan metode degree connectivity yaitu tingkat konektivitas terhadap jumlah pelabuhan terhubung dan port accesibility index yang merupakan tingkat kapasitas yang dapat diproduksi oleh pelabuhan (TEUs/ton per hari). Menganalisis hubungan transportasi laut dengan perekonomian wilayah menggunakan metode Kausalitas Granger untuk mengetahui pengaruh variabel transportasi laut terhadap veriabel perekonomian wialayah dalam time lag tertentu. Kemudian meningkatkan konektivitas sesuai dengan hasil uji kausalitas masing-masing wilayah pelabuhan. Hasil perhitungan Indeks konektivitas menunjukkan Pelabuhan Sorong memiliki konektivitas tertinggi yaitu 9 pada muatan container dan 18 pada muatan general cargo. Indeks aksesibilitas tertinggi yaitu Pelabuhan Jayapura (container) dan Pelabuhan Sorong (general cargo) dengan nilai indeks 1 (satu). Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan âTransport Follow The Tradeâ di Provinsi Papua Barat dan Papua dengan probabilitas masing-masing 0.86 dan 0.27 pada muatan container, 0.50 dan 0.37 pada muatan general cargo. Konsep âTransport Promote The Tradeâ di Provinsi Maluku Utara dan Maluku dengan probabilitas masing-masing 0.65 dan 0.43 pada muatan container, 0.85 dan 0.52 pada muatan general cargo. Dengan laju PDRB (Produk Domestik Bruto) Provinsi Papua sebesar 3% per tahun, aksesibilitas muatan container di Pelabuhan Jayapura meningkat 1.6% menjadi 505 TEUs/hari, dan laju PDRB di Provinsi Maluku sebesar 5% per tahun aksesibilitas muatan general cargo di Pelabuhan Ambon meningkat 12% menjadi 752 ton/hari.