Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Analisis Indeks Konektivitas dan Aksesibilitas Wilayah Kepulauan: Studi Kasus Kepulauan Maluku dan Papua Mustakim, Achmad; Nur, Hasan Iqbal; Agustinus, Hoki
Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan Vol 8, No 1 (2017): September
Publisher : Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1487.668 KB)

Abstract

Akses antar wilayah menggunakan jalur laut di Indonesia masih belum optimal dikarenakan arus barang atau perdagangan di wilayah timur yang tidak seimbang (imbalance) serta minimnya sarana dan prasarana infrastruktur pelabuhan, sehingga terjadi ketimpangan antara Kawasan Indonesia Barat dengan Kawasan Indonesia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks konektivitas di wilayah Kepulauan Maluku dengan menggunakan pendekatan metode degree connectivity yaitu tingkat konektivitas terhadap jumlah pelabuhan terhubung dan port accesibility index yang merupakan tingkat kapasitas yang dapat diproduksi oleh pelabuhan (TEUs/ton per hari). Menganalisis hubungan transportasi laut dengan perekonomian wilayah menggunakan metode Kausalitas Granger untuk mengetahui pengaruh variabel transportasi laut terhadap veriabel perekonomian wialayah dalam time lag tertentu. Kemudian meningkatkan konektivitas sesuai dengan hasil uji kausalitas masing-masing wilayah pelabuhan. Hasil perhitungan Indeks konektivitas menunjukkan Pelabuhan Sorong memiliki konektivitas tertinggi yaitu 9 pada muatan container dan 18 pada muatan general cargo. Indeks aksesibilitas tertinggi yaitu Pelabuhan Jayapura (container) dan Pelabuhan Sorong (general cargo) dengan nilai indeks 1 (satu). Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan “Transport Follow The Trade” di Provinsi Papua Barat dan Papua dengan probabilitas masing-masing 0.86 dan 0.27 pada muatan container, 0.50 dan 0.37 pada muatan general cargo. Konsep “Transport Promote The Trade” di Provinsi Maluku Utara dan Maluku dengan probabilitas masing-masing 0.65 dan 0.43 pada muatan container, 0.85 dan 0.52 pada muatan general cargo. Dengan laju PDRB (Produk Domestik Bruto) Provinsi Papua sebesar 3% per tahun, aksesibilitas muatan container di Pelabuhan Jayapura meningkat 1.6% menjadi 505 TEUs/hari, dan laju PDRB di Provinsi Maluku sebesar 5% per tahun aksesibilitas muatan general cargo di Pelabuhan Ambon meningkat 12% menjadi 752 ton/hari.
DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS MULTIFUNGSI SEBAGAI ALAT ANGKUT TERNAK DAN NON-TERNAK PADA PROGRAM TOL LAUT Siti Dwi Lazuardi; Firmanto Hadi; Achmad Mustakim; Irwan Tri Yunianto; Pratiwi Wuryaningrum; Wahyu Nur Hidayatun Nisa
Tekmapro : Journal of Industrial Engineering and Management Vol 15 No 2 (2020): TEKMAPRO
Publisher : UPN Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/tekmapro.v15i2.174

Abstract

Program Tol Laut yang sudah memiliki 18 trayek kapal barang dan 6 trayek kapal ternak memiliki tingkat okupansi kapal yang masih rendah, utamanya ketika pelayaran kembali dari wilayah Indonesia Timur. Volume muatan berangkat dari tol laut bisa mencapai 74,6% dari target dalam satu tahun, tetapi muatan baliknya hanya sekitar 6,7%. Hal sebaliknya terjadi pada kapal ternak yang berasal dari wilayah Indonesia Timur yang didesain khusus mengangkut hewan ternak, membuat angkutan balik dari barat ke arah timur menjadi tanpa muatan. Guna memberikan solusi angkutan balik dari muatan ternak pada program tol laut, maka diperlukan inovasi alat angkut multifungsi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengurangi disparitas muatan pada angkutan ternak dalam program tol laut dan untuk meningkatkan okupansi kapal tol laut dengan mempertimbangkan bentuk dan fungsi peti kemas serta pola operasional dari penggunaan peti kemas multifungsi ini. Metode yang digunakan adalah analisis biaya manfaat dengan rasio manfaat biaya sebagai tolok ukur kelayakan dari penggunaan peti kemas multifungsi. Hasil yang diperoleh adalah biaya produksi untuk setiap peti kemas multifungsi adalah sebesar Rp Rp. 19,9 juta/TEU dengan biaya perawatan sebesar Rp 350.000 /tahun dengan nilai benefit cost ratio sebesar 2,34.
Desain Pelabuhan untuk Pengangkutan Kapal Ternak: Studi kasus Sistem Bongkar Muat Pelabuhan Dungkek, Madura Achmad Mustakim; Alwi Sina Khaqiqi
Jurnal Penelitian Transportasi Laut Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Transportasi Laut
Publisher : Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/transla.v22i1.1557

Abstract

Populasi sapi potong di Indonesia menurut data statistik mencapai 16,6 juta ekor, dimana 27,4% berada di provinsi Jawa Timur, terutama di Pulau Sapudi. Kebutuhan sapi potong kemudian dikirim ke Pelabuhan lokal untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah Jawa Timur, pulau Madura khususnya. Untuk proses bongkar muat hewan ternak di Pelabuhan lokal masih menerapkan pola tradisional, belum memperhatikan kesejahteraan hewan, hal ini dikarenakan minimnya fasilitas pelabuhan yang tidak mendukung untuk bungkar muat hewan ternak. Hewan ternak harus diturunkan di laut dan membuat hewan ternak menjadi tertekan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem bongkar muat hewan ternak. Metode yang digunakan House of Quality (HOQ) bertujuan membuat sistem bongkar muat yang sesuai dengan kebutuhan dan metode optimasi untuk mendapatkan nilai kelayakan yang optimum. Nilai kelayakan untuk sarana yang dipilih 1,56 untuk kapal katamaran II tanpa mesin, sementara untuk infrastruktur dermaga adalah 1,25 poin untuk dermaga HDPE.
Optimasi Alokasi Lapangan Penumpukan Petikemas Ekspor Pelabuhan: Studi Kasus Terminal Peti Kemas Banjarmasin Setyo Nugroho; Achmad Mustakim; Dwi Wahyu Baskara; Alwi Sina Khaqiqi
Jurnal Penelitian Transportasi Laut Vol 22, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Transportasi Laut
Publisher : Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/transla.v22i2.1581

Abstract

Perencanaan alokasi penumpukan petikemas memiliki pengaruh yang besar untuk meminimalkan waktu sandar kapal dan biaya operasional terminal. Model alokasi lapangan penumpukan bertujuan mengurangi jarak tempuh truk dalam kegiatan muat dan menyeimbangkan jumlah pada setiap blok. Alokasi lapangan penumpukan petikemas yang belum optimal di Terminal Petikemas Banjarmasin merupakan salah satu permasalahan yang harus diselesaikan. Dalam upaya penyelesaian permasalahan tersebut digunakan metode evaluasi dan optimasi dalam perencanaan alokasi lapangan penumpukan petikemas. Setalah mendapatkan hasil evaluasi dan optimasi, kemudian dilakukan simulasi untuk mengetahui waktu muat kapal. Dari hasil evaluasi dan optimasi di dapatkan pada Bulan Februari 2019, jarak tempuh truk dapat bekurang hingga 4% atau 539 km dari 13.941 km, selisih petikemas pada blok kapal sebesar 74% atau 4.863 box dari 6.546 box. Selain itu didapatkan selisih petikemas pada seluruh blok penumpukan sebesar 55% atau 2.452 box dari 4.446 box, penghematan waktu kegiatan muat sebesar 13% atau 4.749 menit dari 36.129 menit. Kemudian untuk  penghematan biaya bahan bakar keseluruhan dari truk, RTG, dan container crane sebesar 16% atau sebesar Rp 236.723.498 dari Rp 1.508.369.508. Dengan hasil optimalisasi ini pengelola pelabuhan dapat mengisi container Yard lebih banyak lagi.Port Allocation Optimization of Export Container Yard: Case Study of Banjarmasin Container Terminal; Container stack allocation planning has a major impact on minimizing ship berth time and terminal operating costs. The yard allocation model aims to reduce the distance traveled by trucks in loading activities and to balance the number in each block. The sub-optimal allocation of the container yard at the Banjarmasin Container Terminal is one of the problems that must be resolved. For solving these problems, evaluation and optimization methods are used in planning the container stacking field allocation. After getting the results of evaluation and optimization, a simulation is carried out to determine the loading time of the ship. From the results of evaluation and optimization obtained in February 2019, the truck's mileage can be reduced by 4% or 539 km from 13.941 km, while the difference of containers in the ship block is 74% or 4.863 boxes from 6.546 boxes. In addition, the difference between the containers in the entire stacking block was 55% or 2.452 boxes from 4.446 boxes, saving time for loading activities was 13% or 4.749 minutes from 36.129 minutes. Then for the overall fuel cost savings from truck, RTG, and container crane by 16% or Rp 236.723.498 from Rp 1.508.369.508. With this optimization, port operator could allocate more containers in container yard.
Model Penguasaan Jumlah Kontainer Pada Perusahaan Pelayaran Ryan Rachman; Firmanto Hadi; Achmad Mustakim
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.63 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26745

Abstract

Dalam perusahaan pelayaran, memilik sejumlah petikemas adalah kewajiban untuk menjawab permintaan pasar. Permintaan pasar yang bersifat fluktuasi mengakibatkan banyak petikemas yang menganggur saat low season dan adanya back order saat high season. Oleh sebab itu diperlukan model untuk menentukan berapa jumlah petikemas yang harus dikuasai oleh perusahaan pelayaran pada masing-masing rute jika ingin menjawab semua permintaan pasar. Disamping jumlah petikemas, dibutuhkan pula perhitungan yang menentukan strategi apa yang paling efisien pada suatu rute. Hasilnya menunjukan pada rute Jakarta – Makassar – Jakarta dengan menggunakan 3 buah kapal membutuhkan 9.092 TEU’s dengan strategi  yang paling efisien dalam rute Jakarta – Makassar – Jakarta dengan jumlah petikemas paling sedikit dimana tidak mengirimkan petikemas kosong, dan tersedia penambahan petikemas jika dibutuhkan untuk menghindari Back Order.
Analisis Perencanaan Pola Operasi Armada Kapal Penyeberangan: Studi Kasus Pelabuhan Ujung-Kamal Achmad Muchlis Sodik; Achmad Mustakim; Pratiwi Wuryaningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.749 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i1.41602

Abstract

Sebelum beroperasinya Jembatan  pada tahun 2009, Pelabuhan Kamal adalah pelabuhan penyebrangan di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Pelabuhan penyebrangan Kamal Madura merupakan pelabuhan angkutan penyeberangan antar pulau yang menghubungkan Pulau Madura dengan Pulau Jawa, dengan jarak tempuh sekitar 2,5 mil laut dan lama waktu pelayaran kurang lebih 30-45 menit. Sejak beroperasinya Jembatan Suramadu, pengguna pelabuhan ini mengalami penurunan. Sehingga menyebabkan PT ASDP Ujung-Kamal Mengurangi armada yang dari awalnya memiliki 19 armada dengan waktu operasional 24 jam menjadi 3 armada dengan waktu 15 jam saja. Tidak hanya itu, jumlah armada yang beroperasi terkadang tidak menentu sehingga mengakibatkan jadwal yang ada menjadi tidak konsisten. tidak sedikit penumpang yang harus menunggu atau tertinggal oleh kapal.Tugas akhir ini bertujuan untuk merencanakan pola operasi Penyeberangan Ujung-Kamal yang optimal,setelah melakukan optimasi dari 3 kapal yang beroperasi terpilih 2 kapal yaitu KMP Jokotole dan KMP Gajah Mada. jadwal penyeberangan di rubah hanya melayani 8  dan 10 trip dalam satu hari. Dari hasil optimasi penjadwalan tersebut di dapatkan minimum unit cost yaitu sebesar Rp.Rp14.887.966 per hariuntuk KMP Gajah Mada dan Rp. Rp11.230.715 per hari untuk KMP Jokotole.
Model Perencanaan Pengiriman Struktur Anjungan Lepas Pantai Mohammad Idham Harari; I Gusti Ngurah Sumanta Buana; Achmad Mustakim
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i1.51620

Abstract

Anjungan atau bangunan lepas pantai (offshore platform) adalah struktur atau bangunan yang dibuat sebagai sarana dalam proses eksplorasi minyak dan gas di lepas pantai. Jenis anjungan lepas pantai yang sering dipakai di Indonesia adalah jenis fixed platform. Anjungan lepas pantai ini dibuat di darat, kemudian diangkut dan diinstalasi di lokasi eksplorasi. Pengangkutan ini biasanya menggunakan 3 (tiga) cara atau skenario yang merupakan kombinasi antara ketersediaan dan ukuran barge. Setiap cara dipilih dengan alasan yang tidak jelas selain kedua yang disebut di atas, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemilihan skenario pengangkutan dan pemilihan barge untuk mengangkut jacket maupun topside, dan kemudian membuatnya dalam sebuah model. Berdasarkan hasil wawancara, penentuan skenario pengiriman jacket dan topside dilakukan dengan memperhatikan 4 faktor, yaitu, (i) jadwal selesai fabrikasi dan instalasi jacket maupun topside (ii) dimensi dan berat jacket dan topside (iii) ketersediaan barge, serta (iv) jarak dari lokasi fabrikasi ke instalasi. Pembuatan model untuk memilih skenario yang tepat dilakukan setelah mewawancarai beberapa pakar di bidangnya. Berdasarkan hasil perhitungan model, pada site 1, barge yang terpilih adalah B 34 dengan sewa harian sebesar Rp 1.927 jt. dan barge B4 sewa TCH/bulan sebesar Rp 2.199 jt. Sedangkan barge dalam negeri yaitu B18 sewa TCH per bulan sebesar Rp 2.147 jt. dan B19 sewa harian sebesar Rp 1.023 jt. Pada site 2 barge yang terpilih adalah B14 dengan sewa VCH sebesar Rp 6309 jt. Sedangkan barge dalam negeri adalah B17 sewa tch per bulan sebesar Rp 11897 Jt. Pada site 3 barge luar negeri yang terpilih adalah barge B10 dengan sewa harian sebesar Rp 4.448 jt. dan B15 dengan sewa TCH/bulan sebersar Rp 3.302 jt. Sedangkan barge dalam negeri yaitu B20 dengan sewa VCH sebesar Rp 3.659 jt. dan B16 dengan sewa TCH per bulan sebesar 8119 jt.
Evaluasi Fasilitas Perairan DLKp/DLKr pada Wilayah Greater Surabaya Metropolitan Ports Hieronimus Bebys Kanugrahan; Achmad Mustakim; Pratiwi Wuryaningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.60719

Abstract

Potensi di kawasan Greater Surabaya Metropolitan Ports begitu besar, di akhir tahun 2020 tercatat sebanyak 14.409 unit kapal beroperasi yang membuat kawasan lautnya menjadi kawasan yang alur pelayarannya terpadat di Indonesia. Kawasan tersebut juga sedang dilaksanakan pembangunan rencana pelabuhan baru (Terminal Socah) sehingga mengakibatkan sedimentasi dan juga penyempitan alur laut serta penyempitan wilayah laut Selat Madura sehingga mengakibatkan perubahan luas wilayah laut. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi fasilitas perairan sesuai dengan peraturan DLKp/DLKr yang berlaku yang dapat mempengaruhi jarak, waktu dan biaya bahan bakar kapal. Dalam melakukan evaluasi, digunakan metode model matematis optimasi untuk mengurangi jarak, waktu tempuh kapal di pelabuhan. Dengan turut menganalisa kedalaman laut, kondisi area terbatas, posisi antar fasilitas serta kondisi saat ini yang menjadi faktor batasan. Juga terdapat tujuh pelabuhan yang dijadikan sebagai pelabuhan tujuan, diantaranya Pelabuhan Manyar, Terminal PT. Siam Maspion (TUKS), Pelabuhan Gresik, Terminal Teluk Lamong, Terminal Petikemas Surabaya, Tanjung Perak dan Terminal Socah. Hasil optimasi didapatkan posisi area fasilitas perairan yang efisien dengan total biaya bahan bakar kapal keseluruhan sebesar 504,714,475 rupiah, dengan selisih 15.367.313 rupiah lebih murah dibandingkan menggunakan fasilitas saat ini.
Analisis Dampak Pembangunan Kra Canal terhadap Industri Kepelabuhanan di Indonesia Dio Mukti Kuncoro; I Gusti Ngurah Sumanta Buana; Achmad Mustakim
Jurnal Transportasi: Sistem, Material, dan Infrastruktur Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.748 KB) | DOI: 10.12962/j26226847.v2i1.5700

Abstract

Selat Malaka selama ini menjadi jalur terpenting di dunia karena merupakan rute tercepat bagi kapal dari barat (westbound) ke timur (eastbound). Sehingga tiga negara di pesisir Selat Malaka (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) berlomba-lomba untuk mengambil keuntungan dengan menyediakan fasilitas pelayanan kapal yang melintas, seperti, pemanduan, bunkering, dan hub port. Namun pada tahun 2017 diberitakan bahwa akan dibangun Kra Canal yang akan menjadi alternatif jalur pelayaran Selat Malaka. Apabila dibangun maka akan terjadi perubahan rute yang mengakibatkan kapal tidak lagi melalui Selat Malaka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan Kra Canal terhadap industri kepelabuhanan di Indonesia dengan memperhatikan biaya transportasi laut kapal mainliner petikemas internasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata perubahan biaya per unit ($/TEUs) kapal mainliner internasional jika melalui Kra Canal (meningkat) sebesar 30,58%, 21,96%, dan 13,08% berturut-turut dibanding Tanjung Perak, Tanjung Priok, dan Belawan. Sedangkan throughput petikemas transhipment internasional pada masing-masing pelabuhan utama Indonesia terdampak tidak signifikan, yaitu hanya berpindah sebesar, Tanjung Perak 0,24%, Tanjung Priok 2,03%, dan Belawan 1,56%. Penurunan penggunaan fasilitas kepelabuhanan pada masing–masing pelabuhan direpresentasikan dalam pendapatan ($), yaitu, Tanjung Perak sebesar $ 129.592,72, Tanjung Priok sebesar $ 376.943,91, Belawan sebesar $ 344.731,75, dan Selat Malaka sebesar $ 8.163.226,68 untuk jasa pemanduan dan $ 110.338.169,02 untuk jasa bunkering.
Optimization of Product Oil Shipment System for Archipelegic Region Pratiwi Wuryaningrum; Tri Achmadi; Achmad Mustakim; Hasan Iqbal Nur; Siti Dwi Lazuardi; Marita Kusumadewi
Rekayasa Vol 12, No 2: Oktober 2019
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.141 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v12i2.5929

Abstract

Demand of products oil continues to increase by increasing the mobilization in various areas in Indonesia. The government should rethink considering the uneven spread of demand and supply of products oil that can not be mixed in the cargo hold. Currently product oil deliveries to Nusa Tenggara Barat carried by tanker vessels. The issue is whether the vessel’s size not yet optimum. The purpose of this study is to optimize the distribution of product oil from Transit Terminal Product Oil to Unloading Ports. The most influenced variable are the size of the main vessel and the effect on the primary measure is the amount of goods transported. The main dimensions of tanker are LPP= 105 m; B= 18,01 m; H= 8.23 m T= 6.78 m ;DWT= 7,992 DWT ;Payload = 8,933 KL  and Tankers’s unit cost is  Rp. 203,587.70 per Kiloliter