Thailand dikenal sebagai salah satu destinasi wisata populer di Asia Tenggara. Namun, dibalik citra eksotis dan daya tarik pariwisatanya, tersembunyi realitas kelam berupa praktik eksploitasi seksual terhadap anak dan perempuan, khususnya di kawasan wisata seperti Bangkok, Pattaya, dan Phuket. Fenomena ini telah berkembang menjadi masalah transnasional yang kompleks akibat tingginya permintaan wisata seks, lemahnya penegakan hukum, serta ketimpangan sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran strategis ECPAT (End Child Prostitution and Trafficking) dalam menanggulangi eksploitasi seksual anak dan perempuan di sektor pariwisata Thailand. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan dari studi literatur berbagai sumber sekunder seperti jurnal akademik, laporan organisasi internasional, dokumen kebijakan, dan media daring terpercaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ECPAT memiliki kontribusi signifikan melalui berbagai strategi, seperti kampanye edukatif, pelatihan bagi pelaku industri pariwisata, advokasi kebijakan, serta pemanfaatan teknologi digital untuk pelaporan dan identifikasi dini korban. Salah satu inisiatif yang menonjol adalah proyek “Together to End Sexual Exploitation of Children in Travel & Tourism in Phang-Nga” yang menunjukkan efektivitas sinergi antara ECPAT dan pemerintah Thailand dalam membentuk sistem perlindungan anak yang responsif dan berkelanjutan. Kesimpulannya, ECPAT tidak hanya berperan sebagai pelindung korban, tetapi juga sebagai agen transformasi yang mendorong terciptanya ekosistem pariwisata yang etis, aman, dan ramah anak,sejalan dengan perspektif Human Security yang menempatkan keselamatan, kesejahteraan, dan martabat individu sebagai prioritas utama dalam agenda keamanan global.