Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KESETARAAN DAN KELAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN Barir, Muhammad
Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadis Vol 15, No 1 (2014): Januari
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.885 KB) | DOI: 10.14421/qh.2014.1501-04

Abstract

This study is an effort to find general moral-social in the Qur’an, which focused on the issue of social inequality in social class (patronage, economic class, and race). This research will inspect interweaving between text and context because of comprehensive interpretation not only accepted from text but also must accepted from the context, which appear surrounding the text. From this reason, the double movement will used to analyze every verse of the Qur’an which talking about social class issue with socio-historical approach. More extent, there are three questions will be answered in this research: 1. How did the problem of social class after Qur’anic era? 2. How did the problem of social class in the revelation era? And 3. How does the Qur’anic concept about social class?
Peradaban al-Qur’an dan Jaringan Ulama di Pesisir Barir, Muhammad
SUHUF Vol 8 No 2 (2015)
Publisher : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22548/shf.v8i2.11

Abstract

Pesisir sebagai akses maritim merupakan pintu gerbang utama dalam penyebaran kebudayaan masa awal masuknya Islam. Jalur perekonomian yang terbentang dari selat malaka hingga pesisir Jawa meninggalkan banyak bekas yang hingga sekarang terabadikan dalam pena-pena kesejarahan negeri archipelago Nusantara. Pusat pengajaran al-Qur’a>n di pesisir Jawa di Grasik telah muncul pada awal abad ke 11, berkembang pada abad ke 15 di tanah kasunanan Giri, dan mencapai era perluasannya pada abad ke-18 seiring geliat pertumbuhan pesantren yang begitu pesat. Pada gilirannya, bentang wilayah yang strategis ini membangun jaringan tokoh Qurro>’ dan Ahli keilmuan al- Qur’a>n di pesisir Gresik Lamongan seperti Abdul Karim Musthofa dan Munawwar Sidayu Gresik yang memiliki sanad Ima>m ‘A>s}im.Kata kunci : Peradaban al-Qur’a>n, Jaringan Ulama>’ Qur’a>n
Peta Maqashid Asy-Syariah dalam Hermeneutika Kontekstual Abid Al Jabiri Barir, Muhammad
Rausyan Fikri Journal of Islamic Studies Vol 1, No 2 (2023): Rausyan Fikri: Journal of Islamic Studies
Publisher : Yayasan Al-Aziziyah Tlogoagung Kedungadem Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62283/rijis.v1i2.7

Abstract

AbstractThis research focuses on the views of Abid Al Jabiri, a 20th century scholar who reconstructed the concept of contextualizing the Qur'an as a holy book that is tied to historical reality. The use of "Arabic" shows that the meaning of the Qur'an is directly proportional to the socio-cultural conditions of the Arab nation so that the Qur'an in turn can be understood differently when it is received in the context of a different place and time. Departing from this, this research aims to reveal Al Jabiri's contextual hermeneutics in tracing the contextual meaning of the Qur'an with three stages, namely Al Fashl, Al Washl, and Ashalatun Nash. The first is Al Fashl, which is letting the Qur'an speak to itself by separating the context and pre-knowledge of the interpreter, then Al Washl, which is connecting or reconnecting the meaning with the context and pre-knowledge of the interpreter, and the third is Ashalah An Nash, which is producing meaning from the original text. by integrating (appropriation) between the two previous stages holistically. The concept of Al Jabiri's contextual hermeneutic thinking on the message and position of revelation becomes the basis for how the interpretation of the Qur'an becomes more relevant to determining the map of maqashid ash shariaPenelitian ini berfokus pada pandangan Abid Al Jabiri, seorang cendekiawan abad ke-20 yang melakukan konstruksi ulang konsep kontekstualisasi Al Qur’an sebagai kitab suci yang terikat dengan kenyataan sejarah. Penggunaan “Bahasa Arab” menunjukkan bahwa makna Al Qur’an berbanding lurus dengan kondisi sosial budaya Bangsa Arab sehingga Al Qur’an pada gilirannya dapat difahami secara berbeda saat ia diterima dalam konteks tempat dan waktu yang berbeda pula. Berangkat dari hal tersebut, riset ini bertujuan untuk mengungkap peta Maqashid Asy Syariah dalam hermeneutika kontekstual Al Jabiri. Melalui penelusuran makna kontekstual Al Qur’an dengan tiga tahapan, yakni Al Fashl, Al Washl, dan Ashalatun Nash. Pertama adalah Al Fashl yakni membiarkan Al Qur’an berbicara dengan dirinya sendiri dengan memisahkan konteks dan pra pengetahuan penafsir, kemudian Al Washl yakni menghubungkan atau menyambungkan kembali makna dengan konteks dan pra pengetahuan penafsir, dan ketiga adalah Ashalah An Nash yakni menghasilkan makna dari nash asli dengan menyaturekatkan (appropriation) antara kedua tahapan sebelumnya secara holistik. Konsep berfikir hermeneutika kontekstual Al Jabiri atas pesan dan posisi wahyu menjadi landasan bagaimana penafsiran Al Qur’an menjadi lebih relevan dengan menentukan peta maqashid asy syariah.   
HERMENEUTIKA KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED DALAM MEMBACA FENOMENA JUDI, PINJAMAN ONLINE DAN NARKOBA Muhammad Barir; Nura Fajria
Jurnal Tawadhu Vol. 9 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52802/twd.v9i2.1832

Abstract

Relevansi kitab suci dalam membaca problematika umat manusia dapat diimplementasikan dengan pendekatan kontekstual. Artinya dengan menganalisa konteks ayat suci masa lalu dan masa sekarang melalui pendekatan hermeunetika. Salah satu topik yang memiliki keterkaitan konteks masa lalu dan masa sekarang adalah fenomena judi, pinjaman online, dan narkoba. Tiga topik tersebut dibahas oleh Al-Qur’an menjadi satu tema pokok di dalam QS. Al-Maidah 5:90 dan QS. Al-Baqarah 2:275. Berangkat dari fenomena tersebut, penelitian ini menjadi upaya interpretasi Al-Quran menggunakan teori double movement Fazlur Rahman yang dikembangkan oleh Abdullah Saeed dalam bukunya Reading the Quran in the 21th Century. Terdapat dua rumusan masalah yang akan ditelusuri dalam penelitian ini. Pertama adalah bagaimana respons Al-Qur’an terhadap fenomena judi, pinjaman online, dan narkoba? Serta kedua adalah bagaimana solusi konkret Al-Qur’an menjawab fenomena judi, pinjaman online, dan narkoba? Dari dua rumusan masalah ini, terdapat dua temuan: Pertama Al-Qur’an merespon dengan memberikan tahapan dakwah dalam merubah manusia sebagai makhluq yang berkesadaran yang hal ini dapat dijelaskan melalui tiga mekanisme pendidikan Al-Qur’an yakni: mencairkan (unfreezing), merubah (change), mengokohkan kembali (refreezing). Kedua, Al-Qur’an memberikan solusi atas problematika judi, pinjol, dan narkoba, melalui pemupukan kesadaran asketik sebagai sebuah paradigma yang menjadikan manusia memiliki etos produktif berbasis filantropi Islam.