Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia, terutama pada wanita. Di Indonesia, tingkat kematian dan kekambuhan akibat kanker payudara masih tergolong tinggi. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kekambuhan dan angka kematian pasien kanker payudara. Salah satu faktor prognostik yang berperan dalam penanganan dan perkiraan perjalanan penyakit adalah ekspresi Estrogen Receptor (ER), Progesterone Receptor (PR), Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER-2), serta Ki-67. Disease-free survival (DFS) digunakan sebagai indikator untuk mengukur periode bebas kanker hingga terjadinya kekambuhan. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional retrospektif. Sampel yang digunakan terdiri dari 58 pasien kanker payudara di Rumah Sakit Universitas Andalas Padang. Para pasien dipantau selama dua tahun untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kekambuhan. Analisis dilakukan menggunakan metode Kaplan-Meier dan uji Log-Rank untuk mengevaluasi DFS, sementara hubungan antara variabel dengan kekambuhan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil analisis Kaplan-Meier menunjukkan bahwa ER(+) dan PR(+) memiliki DFS dua tahun yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok negatif. Sebaliknya, HER2(+) mengalami kekambuhan lebih tinggi dibandingkan kelompok negatif. Ekspresi Ki-67 yang tinggi menunjukkan DFS yang lebih rendah dibandingkan mereka dengan ekspresi Ki-67 yang rendah. Namun, berdasarkan uji Log Rank, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara subvariabel dalam kurun waktu dua tahun. Selain itu, analisis chi-square juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi ER, PR, HER2, dan Ki-67 dengan kekambuhan dalam dua tahun. Dengan demikian, meskipun tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik, pasien dengan ER(+), PR(+), HER2(-), dan ekspresi Ki-67 yang rendah cenderung memiliki tingkat kekambuhan yang lebih rendah.