Penelitian ini berfokus pada strategi pengelolaan emosi guru dalam menghadapi perilaku agresif siswa di kelas, khususnya pada jenjang sekolah dasar. Permasalahan yang dipecahkan adalah bagaimana guru mengaplikasikan kelima indikator pengelolaan emosi menurut Daniel Goleman, yakni kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, dalam menghadapi perilaku agresif yang sering terjadi di lingkungan belajar. Penelitian ini menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam terhadap tiga orang guru di salah satu sekolah dasar swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk menjaga keabsahan data, digunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru mampu mengenali dan mengelola emosi pribadi melalui strategi seperti melakukan tarik napas, berdiam diri, atau melakukan pendekatan personal kepada siswa. Motivasi intrinsik yang bersumber dari nilai-nilai spiritual, profesional, dan moral menjadi kekuatan utama dalam mengendalikan emosi. Guru juga menunjukkan empati dengan memahami latar belakang siswa dan membangun komunikasi yang suportif dan personal. Keterampilan sosial ditampilkan melalui pendekatan yang fleksibel dan adaptif dalam menjalin hubungan yang positif dengan siswa yang agresif. Sebagai kesimpulan, kelima indikator manajemen emosi berperan penting dalam membantu guru menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mengelola ketahanan emosi di kelas. Disarankan agar pelatihan manajemen emosi dan dukungan kelembagaan terus ditingkatkan untuk memperkuat profesionalisme guru.