Virsa Faliolla Tasyakuranti
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS EKONOMI PRA RANCANGAN PABRIK PAKAN IKAN LELE BERBAHAN DASAR MAGGOT DENGAN KAPASITAS 5000 TON/TAHUN Anang Arianto; Profiyanti Hermien Suharti; Heny Dewajani; Aldyn Firstiano Afnan; Bagos Tedy Arta; Virsa Faliolla Tasyakuranti
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 9 No. 2 (2023): June 2023
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v9i2.2687

Abstract

Kegiatan budidaya perikanan di Indonesia sangat banyak salah satu diantaranya yaitu budidaya ikan lele. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah sehingga meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan. Ikan yang dikonsumsi harus memiliki kandungan protein yang cukup untuk tubuh manusia. Peningkatan kandungan nutrisi pada ikan tidak terlepas dari jenis pakan yang diberikan. Salah satu pakan yang memiliki kandungan protein cukup tinggi adalah maggot. Maggot atau lalat black soldier fly (Hermetia illicens) merupakan organisme pengurai yang mengandung protein sebesar 39,95%. Pra rancangan pabrik pakan ikan lele berbahan dasar maggot dengan kapasitas 5000 ton per tahun diharapkan dapat menyumbang kebutuhan pakan ikan yang tinggi protein. Tujuan dari analisis ekonomi ini adalah untuk mendapatkan perkiraan mengenai kelayakan investasi modal dalam kegiatan produksi pakan ikan lele. Berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2007, pabrik ini didirikan dalam bentuk perseroan terbatas (PT) yang direncanakan akan didirikan di Kabupaten Malang dengan jumlah karyawan sebanyak 143 orang. Pabrik beroperasi 24 jam per hari selama 330 hari dalam setahun. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pabrik membutuhkan total capital investment (TCI) sebesar Rp. 6.223.612.836 dan total production cost (TPC) sebesar Rp 43.966.583.687 dengan laba bersih yang didapatkan sebesar Rp. 2.366.064.723 per tahun. Laju pengembalian modal (ROI) setelah pajak dan lama pengembalian pajak (POT) setelah pajak berturut-turut sebesar 45% dan 1,83 tahun. Break even point dan shutdown point dihasilkan pada 56,20% dan 43,18% penjualan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pabrik pakan ikan lele dari maggot layak untuk didirikan.
EVALUASI KINERJA COOLER-05 PADA CRUDE DISTILLATION UNIT DI PPSDM MIGAS CEPU Virsa Faliolla Tasyakuranti; Rosita Dwi Chrisnandari; Arief Rahmatulloh; Setiyono; Nurul Kamaliya
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 9 No. 2 (2023): June 2023
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v9i2.2695

Abstract

Dalam proses pengolahan minyak dan gas bumi di Crude Distillation Unit PPSDM Migas Cepu diperlukan berbagai alat perpindahan panas, salah satunya adalah cooler. Di PPSDM Migas Cepu, Cooler-05 digunakan untuk mendinginkan Pertasol CB hasil keluaran dari kolom fraksinasi C2 sebelum masuk ke separaor S4. Dalam proses produksi Pertasol CB yang berlangsung secara kontinyu, proses produksi ini menyebabkan alat di Crude Distillation Unit harus beroperasi selama 24 jam. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja Cooler-05 sehingga perlu dilakukan perhitungan efisiensi untuk mengetahui kinerja alat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari Cooler-05 yang ada di Crude Distillation Unit PPSDM Migas Cepu yang didasarkan pada beberapa paramater. Metode evaluasi kinerja Cooler-05 dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah data lapangan serta data literatur. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Dirt Factor (Rd) sebesar 0,0086 J.ft2.°F/Btu dengan selisih 7% dari Rd minimal, dimana toleransi selisih yang diperbolehkan maksimal sebesar 10%. Pada pressure drop (ΔP) didapatkan untuk sisi shell dan tube berturut-turut sebesar 0,0001 psi dan 0,00805 psi dengan nilai yang diperbolehkan sebesar 10 psi untuk liquid. Didapatkan pula besar efisiensi perpindahan panas (kalor) sebesar 73,16% dimana suatu alat masih optimal beroperasi jika memiliki efisiensi mencapai 80%. Dengan demikian, perlu dilakukan perawatan