Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENERAPAN INOVASI TES PEMBELAJARAN BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL DI SEKOLAH MENGENGAH KEJURUAN Karnando, Karnando; Waskito, Waskito
Consilium: Education and Counseling Journal Vol 4 No 1 (2024): Edisi Maret
Publisher : Biro 3 Kemahasiswaan dan Kerjasama Universitas Abduracman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/consilium.v4i1.3977

Abstract

Melihat perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat saat ini, menuntut Sekolah Menengah Kejuruan agar dapat menghasilkan generasi dengan keterampilan yang mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi tersebut. Pendidikan dengan konsep moderen abad 21, siswa diberi keleluasaan dalam berfikir serta menunjukkan kemampuan berfikir pada level tingkat tinggi HOTS (Higher Order Thinking Skills). Higher order thinking skills (HOTS) merupakan kemampuan berpikir pada tingkatan yang tinggi meliputi kemampuan untuk melakukan analisis, evaluasi, menafsirkan, serta mampu memberikan kesimpulan. Tujuan pembelajaran abad 21 memiliki karakteristik 4Cs, yaitu berpikir kritis (criticial thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration). Melihat hal tersebut, kemampuan HOTS merupakan solusi dari tantangan pembelajaran abad 21. Makalah ini memberikan gambaran studi literatur bagaimana evaluasi program pembelajaran dengan penerapan instrumen penilaian berbasis HOTS. Adanya penggunaan instrumen penilaian berbasis pemikiran level tinggi dapat menjadikan siswa untuk berpikir secara kritis, sehingga siswa dapat memahami konsep tersebut secara mendalam. Pada abad ke-21, kegiatan penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis saja, namun dapat menggunakan aplikasi sebagai media dalam kegiatan penilaian dengan memanfaatkan media ICT (Information and Communication Technologies). Aplikasi tersebut antara lain: Easy Test Maker, Online Quiz Creator, Help Teaching, dan Kahoot!. Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan pengembangan instrumen penilaian berbasis higher order thinking skills pada tes kompetensi dasar mata pelajaran di SMK. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan, hambatan, dan solusi dari pembelajaran berbasis HOTS termasuk penerapan tes berbasis HOTS di SMK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui studi literatur dan Analisa jurnal dan paper serta makalah makalah online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan tes berbasis HOT dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam berfikir kritis berkomunikasi, bekerja sama dan berkreasi serta berinovasi.
KESIAPAN PROFESIONALISME GURU MATA PELAJARAN PRODUKTIF: KAJIAN RELEVAN DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SMK Hardison, Hardison; Karnando, Karnando; Janani, Janani; Jalinus, Nizwardi
Consilium: Education and Counseling Journal Vol 4 No 1 (2024): Edisi Maret
Publisher : Biro 3 Kemahasiswaan dan Kerjasama Universitas Abduracman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/consilium.v4i1.4060

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan profesional guru mata pelajaran produktif ketika melaksanakan kurikulum merdeka di sekolah kejuruan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan. Penggunaan metode ini disesuaikan dengan tujuan utama penelitian. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kemampuan siswa di sekolah kejuruan. Siswa pada umumnya harus menguasai pelajaran ini dengan baik karena menentukan bidang keahliannya ketika memasuki lapangan, untuk melaksanakan magang kerja industri, atau untuk dunia kerja. Oleh karena itu pembelajaran mata pelajaran produktif ini harus dilakukan secara efektif dan efisien. Akan tetapi, berdasarkan observasi awal pada siswa kelas XI menunjukkan bahwa hasil belajar siswa rendah karena hanya 10% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan di sekolah yaitu 75. Model, metode dan strategi pembelajaran yang digunakan siswa tidak sesuai dengan karakter siswa, sehingga mereka tidak dapat memahami materi dengan baik sehingga berdampak pada hasil belajar yang diperolehnya.