Studi ini dilakukan dengan maksud menyelidiki sejauh mana keberhasilan program bimbingan berkelompok dalam membantu siswa SMA mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri. Pemahaman diri mengacu pada cara seseorang menggambarkan, menilai, dan mempersepsikan karakteristik pribadinya, termasuk aspek fisik, kemampuan, prinsip hidup, aspirasi, dan jati diri. Pembentukan pemahaman diri terjadi melalui berbagai pengalaman hidup dan interaksi sosial serta interpretasi terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dari analisis data pretest dan posttest yang melibatkan 64 siswa yang terbagi dalam kelompok eksperimen dan kontrol, ditemukan bahwa tingkat konsep diri negatif siswa pada kelompok eksperimen sangat dominan, yaitu 62 siswa (96,9%) berada dalam kategori sangat tinggi, sementara hanya 2 siswa (3,1%) yang masuk kategori tinggi. Sementara itu, hasil pengukuran pada kelompok kontrol menunjukkan distribusi yang lebih beragam: 5 siswa (7,9%) memiliki konsep diri negatif tingkat tinggi, 15 siswa (23,4%) berada di kategori sedang, 32 siswa (50%) masuk kategori rendah, dan 1 siswa (18,7%) tergolong sangat rendah. Pengujian hipotesis pertama dan kedua menunjukkan perbandingan nilai rata-rata antara 104,6 dan 203,1, sedangkan hipotesis ketiga memperlihatkan perbandingan antara 98,72 dan 104,6. Ketiga hasil pengujian hipotesis tersebut mengindikasikan adanya perbedaan yang bermakna pada tingkat konsep diri negatif siswa dalam kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah mendapat intervensi layanan klasikal, dengan skor posttest yang menunjukkan penurunan dibandingkan skor pretest. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi transformasi yang berarti dari konsep diri negatif menuju konsep diri positif pada siswa, dan membuktikan bahwa layanan bimbingan klasikal merupakan metode yang efektif untuk mencapai perubahan tersebut.