Tsunami Aceh tahun 2004 merupakan bencana besar yang tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga membawa dampak jangka panjang terhadap kondisi sosial dan emosional para penyintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman sosial dan emosional para penyintas yang kehilangan keluarga inti, serta memahami bagaimana mereka membangun kembali kehidupan setelah lebih dari dua dekade berlalu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, melibatkan empat partisipan berusia 25–60 tahun yang dipilih melalui teknik criterion sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi, lalu dianalisis menggunakan teknik analisis tematik Braun dan Clarke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyintas mengalami perubahan signifikan dalam peran sosial, dinamika relasi keluarga, serta pembentukan kembali identitas dan makna hidup. Secara emosional, mereka menghadapi trauma jangka panjang, gejala psikologis seperti kecemasan dan kesedihan mendalam, serta proses adaptasi yang sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial, nilai spiritual, dan solidaritas komunitas. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan pemulihan pascabencana yang bersifat holistik, berkelanjutan, dan berpusat pada manusia, dengan memperhatikan aspek sosial dan emosional penyintas sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses rekonstruksi pascabencana. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan kebijakan penanganan bencana yang lebih responsif terhadap kebutuhan psikososial korban, serta menjadi referensi penting dalam bidang psikologi, sosiologi, dan studi kebencanaan. Kata Kunci: Emosional, Pengalaman, Penyintas Bencana Tsunami, Sosial