Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pembentukan Konselor Sebaya dalam Rangka Menurunkan Prevalensi Anemia Remaja Putri di Puskesmas Tanjung Sari Zuraida, Reni; W., Dyah Wulan Sumekar R.; Susianti, Susianti; Surriandari, Latifah Dwi
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 7 No. 2 (2022): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v7i2.3039

Abstract

Anemia pada remaja putri berdampak terhadap kesehatan remaja putri saat ini dan masa mendatang sebagai calon ibu. Dari hasil skrining kadar hemoglobin darah yang dilakukan puskesmas Tanjung Sari pada bulan Januari tahun 2022 didapatkan prevalensi anemia adalah sekitar 49%, artinya 5 dari 10 remaja putri di wilayah kerja puskesmas Tanjung Sari ini menderita anemia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah anemia pada remaja saat ini yaitu pembagian tablet tambah darah bagi remaja, namun kenyataannya belum mampu menurunkan prevalensi anemia remaja putri secara signifikan. Upaya lain dengan melibatkan peran serta darikelompok sebaya (peer group) dalam upaya menurunkan prevalensi anemia remaja putri perlu dilakukan. Kegiatan pengabdian mencakup pembentukan konselor sebaya remaja putri dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan konseling calon konselor, serta penyusunan media informasi tentang anemia pada remaja putri.Setelah mendapatkan materi tentang anemia dan pembentukan konselor remaja anemia, maka pengetahuan konselor remaja menjadi meningkat. Penilaian ini didasarkan hasil pengamatan pada pre-test, dimana sekitar 23,3% peserta tidak paham, 68,3% cukup paham, 8,3% paham mengenai materi yang disampaikan. Setelah dilakukan kegiatan pelatihan, nilai hasil pengamatan meningkat. Peserta menjadi paham dan sangat paham materi yang diberikan bertambah. Peserta yang paham sebanyak 40% dan yang sangat paham sebanyak 60%. Rata-rata tingkat pengetahuan peserta pada pre-test adalah 57,7 menjadi bertambah pada post-test menjadi 92,3. Pembentukan konselor remaja anemia perlu dilakukan di sekolah-sekolah lain dan diadaptasi di posyandu remaja agarpenanganan anemia remaja dapat ditangani secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini pada akhirnya dapat menciptakan calon ibu yang sehat, yang kelak akan melahirkan bayi yang sehat, dimana pada akhirnya dapat menurunkan prevalensi stunting.Keyword : Anemia, Konselor Sebaya, Remaja Putri
Pembentukan Peer Educator dalam Rangka Menurunkan Prevalensi Penyakit Skabies pada Pondok Pesantren di Wilayah Kerja Puskesmas Natar Zuraida, Reni; Susianti, Susianti; Komala, Ramadhana; Surriandari, Latifah Dwi
JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa Jurai Vol. 8 No. 2 (2023): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT RUWA JURAI
Publisher : FK Unila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jpmrj.v8i2.3231

Abstract

Skabies adalah penyakit infeksi kulit menular, yang sering ditemukan pada tempat yang ditinggali oleh banyak orang dengan sanitasi dan perilaku penghuninya yang buruk, salah satunya adalah pondok pesantren. Prevalensi kejadian skabies padakomunitas pondok pesantren di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Natar adalah sebesar 48%. Meskipun kegiatan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyuluhan tentang penyakit skabies telah dilakukan, namun belum mampu menurunkan prevalensi penyakit skabies secara signifikan. Peer educator  merupakan metode pendidikan sebaya yang dilakukan oleh kelompok sebaya dengan didampingi fasilitator. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalahpembentukan peer educator santri dan sekaligus memberikan informasi tentang penyakit skabies, cara penanganan dan pencegahan skabies kepada para santri. Kegiatan pengabdian mencakup pembentukan peer educator santri denganmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan konseling calon peer educator, serta penyusunan media informasi tentang skabies, penanganan dan pencegahan skabies. Setelah mendapatkan materi tentang Skabies dan pembentukan ‘peer educator’ sebaya di pondok pesantren Al Fatah, maka pengetahuan ‘peer educator’ sebaya menjadi meningkat. dimana pada pre-test sekitar 22,1% peserta tidak paham, 73,7% cukup paham, 5,3% paham mengenai materi yang disampaikan. Setelah dilakukan kegiatan pelatihan, nilai hasil pengamatan meningkat, dimana sebanyak 40% dan yang sangat paham sebanyak 60%. Ratarata tingkat pengetahuan peserta pada pre-test adalah 56,3 menjadi bertambah pada post-test  menjadi 93,2. Kegiatan pembentukan ‘peer educator’ sebaya untuk pengentasan Skabies pada santri dan santriwati di lingkungan pondok pesantren perlu terus dilakukan dan diadaptasi di pondok-pondok pesantren lain di wilayah kerja puskesmas Natar kecamatan Natar. Kata Kunci : Peer educator, Pondok Pesantren, Santri, Skabies