Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN JAMBAN KELUARGA DI RT XII KELURAHAN KASONGAN LAMA KECAMATAN KATINGAN HILIR Nurdiansyah, Nurdiansyah; Baringbing, Eva Prilieli; Ovany , Riska
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v5i4.7499

Abstract

This study originates from the condition in RT XII, Kasongan Lama Village, Katingan Hilir District, where most households already own family latrines, yet open defecation practices are still observed. This situation indicates that the availability of sanitation facilities does not automatically translate into proper utilization. The underlying causes are presumed to include cultural influences, long-standing habitual practices, and the community’s low awareness of the importance of safe sanitation. The research aimed to analyze the factors influencing the utilization of household latrines among residents in the area. This study employed an analytical survey design with a cross-sectional approach. The sample consisted of 63 household heads selected using the accidental sampling technique. Data were collected through structured questionnaires and analyzed using the Chi-Square test to determine the relationship between variables. The results revealed that 82.5% of respondents had not optimally utilized their household latrines. There were significant relationships between latrine utilization and knowledge level (p = 0.004), availability of facilities (p = 0.009), socio-cultural factors (p = 0.007), and the role of health workers (p = 0.008). In contrast, income level (p = 0.502) and the role of community leaders (p = 1.000) were not significantly related to latrine utilization. These findings suggest that latrine utilization behavior is not solely determined by economic factors but is strongly influenced by knowledge, socio-cultural norms, and the active involvement of health personnel in providing education and guidance. Therefore, it is recommended to strengthen community-based sanitation education programs and enhance the role of health cadres and field officers in promoting healthy and sustainable sanitation behaviors. ABSTRAKPenelitian ini berangkat dari kondisi di RT XII Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, di mana sebagian besar rumah tangga sebenarnya telah memiliki jamban keluarga, namun praktik buang air besar sembarangan (BABS) masih ditemukan. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan sarana sanitasi belum otomatis diikuti dengan perilaku pemanfaatan yang baik. Faktor penyebabnya diduga berkaitan dengan pengaruh budaya setempat, kebiasaan yang telah mengakar secara turun-temurun, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi yang sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pemanfaatan jamban keluarga oleh masyarakat di wilayah tersebut. Penelitian menggunakan desain survei analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel berjumlah 63 kepala keluarga (KK) yang dipilih melalui teknik accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur dan dianalisis dengan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (82,5%) belum memanfaatkan jamban keluarga secara optimal. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan jamban dengan tingkat pengetahuan (p = 0,004), sarana atau fasilitas pendukung (p = 0,009), faktor sosial budaya (p = 0,007), dan peran petugas kesehatan (p = 0,008). Sebaliknya, pendapatan (p = 0,502) dan peran tokoh masyarakat (p = 1,000) tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku pemanfaatan jamban. Temuan ini mengindikasikan bahwa perilaku pemanfaatan jamban tidak hanya bergantung pada faktor ekonomi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, kebiasaan sosial, serta keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan edukasi dan pendampingan. Oleh karena itu, disarankan adanya penguatan program edukasi sanitasi berbasis masyarakat dan peningkatan peran petugas lapangan serta kader kesehatan dalam upaya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.