Dinamika zaman modern yang ditandai dengan dikotomi ilmu pengetahuan dan agama menimbulkan krisis multidimensi, termasuk dalam dunia pendidikan. Pendidikan Islam dituntut untuk merespons hal ini dengan menawarkan paradigma integratif. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep integrasi ilmu dan agama melalui pendekatan filsafat ilmu dan merelevansikannya dengan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan filosofis-analitis. Data dikumpulkan dari literatur primer dan sekunder terkait filsafat ilmu, integrasi ilmu-agama, dan pendidikan Islam, kemudian dianalisis secara kritis untuk membangun argumentasi. Filsafat ilmu, dengan ruang lingkupnya yang membahas ontologi, epistemologi, dan aksiologi, memberikan kerangka teoretis yang kokoh untuk integrasi. Ontologi integratif melihat realitas sebagai kesatuan yang bersumber dari Allah SWT (Tauhid). Epistemologi integratif menyatukan wahyu, akal, dan indera sebagai sumber ilmu yang sahih. Aksiologi integratif menempatkan ilmu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memakmurkan bumi (khalifah). Dalam perspektif Pendidikan Islam, integrasi ini diwujudkan dalam bentuk kurikulum yang menyatukan ilmu-ilmu naqliyah dan aqliyah, serta pendekatan pembelajaran yang menekankan pada penanaman nilai. Integrasi ilmu dan agama bukan hanya mungkin, tetapi merupakan suatu keniscayaan dalam bangunan Pendidikan Islam. Filsafat ilmu berperan sebagai pisau bedah yang mengonstruksi landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis bagi terwujudnya pendidikan yang holistik dan bermakna, yang melahirkan insan ulul albab yang utuh.