Jocelym, Evaness
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Building Unity: Roblox Community's Twitter Response to Affan Kurniawan Tragedy Sinaga, Joyce Chardha; Azahra, Naiya; Moesa, Raga Michael Nevada; Jocelym, Evaness; Rangkuti, Rahmadsyah
Journal of English Language and Education Vol 10, No 6 (2025)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jele.v10i6.1585

Abstract

This study explores how members of the Indonesian Roblox community used language on Twitter to express solidarity and organize fundraising efforts following the tragic death of Affan Kurniawan during a demonstration, aiming to analyze the linguistic strategies this gaming community employed to build a collective identity and coordinate charitable actions across digital platforms. The study examined 23 Twitter comments from Indonesian Roblox community members, selected through purposive sampling based on their participation in fundraising discussions and memorial activities related to the Affan Kurniawan case. Using Critical Discourse Analysis with Van Dijk’s three-dimensional framework, the research analyzed macrostructure (thematic organization), superstructure (discourse schemas), and microstructure (semantic, syntactic, lexical, and stylistic elements) through a qualitative examination of linguistic patterns and discourse strategies. The analysis revealed five primary thematic domains: Memorial and Commemoration, Donation and Financial Support, Gaming Platform Integration, Social Justice and Political Critique, and Community Solidarity and Collective Identity, with Gaming Platform Integration emerging as a novel form of digital activism. The findings showed that community members strategically used code-switching between Indonesian and English, Islamic terminology, gaming-specific vocabulary, and varied syntactic structures to maintain cultural authenticity while facilitating cross-platform activism. The study concludes that gaming communities possess unique linguistic capabilities for social organizing that extend beyond traditional social media activism, contributing new insights to digital discourse analysis and revealing how marginalized communities can leverage unconventional digital resources to create effective solidarity networks and organize meaningful collective action in response to social injustices. 
Code-Switching as Social Strategy: How a Child Entrepreneur and Adult Advisor Negotiate Power in Azka Corbuzier's Podcast Azahra, Naiya; Sinaga, Joyce Chardha; Hutapea, Vimelia Fratiwi; Jocelym, Evaness; Rangkuti, Rahmadsyah
Journal of English Language and Education Vol 10, No 6 (2025)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jele.v10i6.1578

Abstract

Studi ini mengkaji pola alih kode dalam percakapan podcast YouTube antara Azka Corbuzier dan Ryu Kintaro, seorang wirausahawan berusia 10 tahun, menggunakan Model Markedness Myers-Scotton sebagai kerangka analisis. Penelitian ini menyelidiki bagaimana kedua pembicara secara strategis menggunakan alih kode yang ditandai untuk menegosiasikan hubungan kekuasaan dan membangun identitas yang diinginkan. Data dikumpulkan melalui transkripsi manual episode podcast dan dianalisis secara kualitatif untuk mengidentifikasi pola alih kode dalam diskusi bisnis dan konteks nasihat hidup. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa Ryu secara konsisten menggunakan terminologi bisnis berbahasa Inggris seperti "AdSense," "endorsement," dan "financials" untuk membangun kredibilitas dan memposisikan dirinya sebagai wirausahawan yang sah meskipun usianya masih muda. Sebaliknya, Azka menggunakan pola alih kode yang ditandai yang menggabungkan imperatif bahasa Inggris dengan lindung nilai dan kondisional bahasa Indonesia untuk melunakkan posisi otoritatifnya dan menciptakan pemberian nasihat yang kolaboratif, alih-alih hierarkis. Studi tersebut menunjukkan bahwa peralihan kode berfungsi sebagai alat sosial yang canggih untuk merundingkan kembali struktur kekuasaan yang diharapkan, dengan pilihan linguistik yang nyata memungkinkan penutur untuk mengubah hierarki berbasis usia konvensional menjadi hubungan yang lebih egaliter.