Kematian dari orang yang dikasihi adalah salah satu bentuk kehilangan yang dapat menjadi pengalaman paling menyakitkan dalam hidup seseorang. Pada beberapa individu yang berduka, kedukaan ini dapat berpotensi menjadi rumit, kompleks dan kronis, menyebabkan tekanan emosional yang signifikan serta gangguan yang dapat berlangsung bertahun-tahun setelah kematian. Resiliensi muncul untuk meringankan tekanan psikologis dalam menghadapi peristiwa kehilangan akibat kematian, mempertahankan kondisi yang stabil dalam menghadapi kesedihan dan mempertahankan tingkat fungsi fisik dan psikologis yang sehat. Untuk menjadi resilien maka dibutuhkan mekanisme koping dalam mengatasi ketegangan akibat peristiwa kehilangan, misalnya seperti dengan mengunakan humor yang juga mampu untuk mengubah emosi negatif menjadi emosi positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh gaya humor terhadap resiliensi pada individu yang berduka karena kehilangan akibat kematian. Metode yang digunakan adalah kuantitatif korelasional dengan 230 partisipan. Instrumen penelitian meliputi CD-RISC25 dan Humor Styles Questionnaire yang sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil menunjukkan gaya humor (affiliative, self-enhancing, aggressive, dan self-defeating) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap resiliensi sebesar 28.6% dengan F(4,230) = 22.554 , p < .001.