Penelitian ini menganalisis implementasi layanan bimbingan dan konseling (BK) di SMPN 8 Karawang dengan mempertimbangkan pentingnya peran BK dalam mendukung perkembangan holistik peserta didik. Tujuannya adalah mendeskripsikan dan mengevaluasi bagaimana layanan BK dijalankan secara praktik serta mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan realitas lapangan. Metode yang digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan studi kasus menggunakan data primer diperoleh melalui observasi langsung di sekolah serta wawancara semi-terstruktur dengan guru yang ditugaskan sebagai guru BK dan salah satu siswa. Analisis data dilakukan dengan membandingkan temuan empiris dengan konsep-konsep teoretis bimbingan dan konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan signifikan dalam pelaksanaan layanan BK seperti guru yang mengemban tugas BK di sekolah belum memiliki latar belakang pendidikan formal yang linier di bidang konseling, sehingga program yang dijalankan belum terstruktur dan masih bersifat reaktif. Layanan yang paling sering diberikan terkait masalah kehadiran siswa, sedangkan program bimbingan karier dan studi lanjut untuk siswa kelas IX belum berjalan optimal. Meskipun demikian, ditemukan sinergi yang kuat antara guru BK dan wali kelas dalam menangani permasalahan siswa melalui sistem rujukan berlapis dengan tantangan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya dukungan orang tua yang berdampak pada motivasi belajar siswa. Jadi, layanan BK di SMPN 8 Karawang ini masih mengandalkan pendekatan informal dan kolaboratif yang menunjukkan dedikasi guru namun belum efektif secara profesional. Kondisi ini menyoroti perlunya profesionalisasi peran guru BK, penyusunan program yang lebih proaktif, serta peningkatan kompetensi guru agar layanan bimbingan dapat mendukung perkembangan siswa secara optimal. This study analyzes the implementation of guidance and counseling (BK) services at SMPN 8 Karawang, considering the importance of BK in supporting the holistic development of students. The objective is to describe and evaluate how BK services are implemented in practice and to identify gaps between theory and reality. The method used was a qualitative case study approach, using primary data obtained through direct observation at the school and semi-structured interviews with the assigned BK teacher and one of the students. Data analysis was conducted by comparing empirical findings with theoretical concepts of guidance and counseling. The results indicate significant gaps in the implementation of BK services, such as teachers carrying out BK duties at the school lacking a formal educational background in the field of counseling, resulting in unstructured and reactive programs. The most frequently provided services relate to student attendance issues, while career guidance and further study programs for ninth-grade students have not been optimally implemented. Nevertheless, strong synergy was found between BK teachers and homeroom teachers in addressing student issues through a multi-layered referral system. The greatest challenge faced was a lack of parental support, which impacted students' motivation to learn. Thus, guidance and counseling services at SMPN 8 Karawang still rely on informal and collaborative approaches that demonstrate teacher dedication but are not yet professionally effective. This situation highlights the need for professionalization of the role of guidance and counseling teachers, more proactive program development, and teacher competency improvement so that guidance and counseling services can optimally support student development.