Golok Ciomas merupakan salah satu warisan budaya takbenda khas Banten yang mengandung nilai sejarah, filosofi, dan sosial yang signifikan. Lebih dari sekadar alat atau senjata tradisional, golok ini merefleksikan identitas, kehormatan, serta simbol perlawanan masyarakat terhadap kekuatan kolonial. Penelitian ini bertujuan menelusuri sejarah dan asal-usul Golok Ciomas, mengkaji makna filosofis “kekuatan genggaman” yang meliputi aspek fisik, mental, dan spiritual, serta menguraikan kedudukan golok sebagai lambang kehormatan dalam struktur sosial masyarakat Banten. Selain itu, penelitian juga mencoba memetakan perubahan fungsi Golok Ciomas pada era kontemporer dan membandingkannya dengan berbagai senjata tradisional dari Nusantara maupun luar negeri. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan perspektif etnografi budaya. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, serta melibatkan museum, pasar tradisional, dan festival budaya sebagai sumber data tambahan. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan para empu, tokoh masyarakat, budayawan, dan generasi muda, serta studi literatur. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan semiotika dan antropologi simbolik, dengan validitas yang diperkuat melalui triangulasi sumber, metode, dan teori. Hasil penelitian mengungkap bahwa Golok Ciomas memiliki garis sejarah panjang sejak zaman Kesultanan Banten, dan seiring waktu beralih fungsi dari alat pertanian serta senjata perlawanan menjadi artefak budaya sekaligus komoditas dalam industri ekonomi kreatif. Filosofi “kekuatan genggaman” mencerminkan nilai holistik yang menyatukan unsur jasmani, pikiran, dan spiritualitas, sambil menegaskan posisi golok sebagai simbol kehormatan serta solidaritas sosial. Penelitian ini menekankan pentingnya upaya pelestarian Golok Ciomas melalui kolaborasi antara empu, masyarakat, pemerintah, dan kalangan akademisi agar warisan budaya ini tetap hidup dan bermakna sebagai bagian dari identitas nasional.