Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika relasi lintas iman di Indonesia dengan mengintegrasikan Social Identity Theory (SIT), Social Identity Complexity (SIC), dan sinodalitas Paus Fransiskus. Fokus kajian diarahkan untuk memahami bagaimana kategori identitas sosial, irisan identitas, serta visi sinodal tentang persekutuan, partisipasi, dan misi dapat memperkaya paradigma moderasi beragama dalam masyarakat majemuk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan analisis isi terhadap teori identitas, temuan empiris toleransi lintas agama, serta dokumen Gereja Katolik. Kajian dilakukan dengan menelusuri konsep-konsep kunci SIT dan SIC, mengkaji praktik sosial toleransi dalam konteks Indonesia, serta memaparkan relevansi pastoral sinodalitas sebagai pendekatan dialogis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa moderasi beragama dapat berkembang ketika umat beragama memiliki ruang perjumpaan yang alami, membangun irisan identitas sosial yang lentur, serta terlibat secara aktif dalam dialog yang saling mendengarkan sebagaimana ditekankan dalam proses Sinode 2021–2023. Dalam konteks ini, sinodalitas menyediakan kerangka teologis bagi Gereja untuk menumbuhkan relasi yang inklusif, kreatif, dan transformatif, sehingga setiap agama dapat menampilkan kekhasannya dalam perbedaan tanpa kehilangan semangat persaudaraan.