Penelitian ini berangkat dari perhatian terhadap semakin memudarnya nilai-nilai budaya dalam arsitektur tradisional akibat pengaruh modernisasi, khususnya pada masyarakat adat Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba. Studi ini bertujuan untuk mengungkap makna simbolik yang terkandung dalam setiap elemen arsitektur rumah adat Kajang serta menjelaskan keterkaitannya dengan sistem nilai dan prinsip hidup Pasang ri Kajang yang menekankan kesederhanaan, kejujuran, kepasrahan, dan keseimbangan dengan alam. Secara akademis, penelitian ini penting karena memperluas penerapan teori semiotika Charles Sanders Peirce dalam kajian komunikasi budaya dan arsitektur vernakular, sementara secara praktis, hasilnya dapat menjadi dasar pelestarian rumah adat sebagai warisan budaya serta sumber pembelajaran nilai kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi dan wawancara mendalam terhadap tokoh adat, pemerintah desa, dan masyarakat Kajang, kemudian dianalisis menggunakan teori segitiga makna Peirce (tanda, objek, dan interpretant). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap bagian rumah adat memiliki makna simbolik yang mendalam: arah rumah menghadap barat melambangkan kefanaan dan penghambaan kepada Tuhan; material alami mencerminkan kesederhanaan; kolong rumah menandakan keterikatan dengan tanah; tiang tengah menjadi poros spiritual penghubung langit dan bumi; anjong berfungsi sebagai penanda status sosial; dapur merepresentasikan kejujuran; dan kamar menjadi simbol aurat dan kehormatan. Kesimpulannya, arsitektur rumah adat Kajang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai teks budaya yang menyampaikan pesan spiritual, sosial, dan ekologis. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam mengisi kesenjangan literatur semiotika arsitektur tradisional di Indonesia dengan menekankan hubungan antara bentuk fisik dan nilai-nilai budaya lokal. Implikasi praktisnya, hasil studi ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pelestarian warisan budaya dan pengembangan desain arsitektur berkelanjutan berbasis kearifan lokal.