The COVID-19 pandemic has not only created a global health crisis but has also drastically changed social and economic behavior patterns, including shopping behavior among teenagers. During the period of social restrictions, physical activity and social interactions decreased significantly, while the use of digital technology increased rapidly. This surge, facilitated by various online e-commerce platforms offering enticing features like free shipping and deferred payment options, underscores the emergence of impulsive buying phenomena. Impulsive buying, characterized by unplanned purchases driven by conflicting thoughts and emotional urges, constitutes a notable portion of online transactions worldwide, amounting to 40% according to some studies. Emotional intelligence, crucial in regulating emotions and decision-making, plays a pivotal role in impulsive buying behavior. Adolescence, recognized as an emotionally turbulent period, further amplifies the susceptibility to impulsive buying. Therefore, this research aims to explore the relationship between Emotional Intelligence and Impulsive Buying among adolescents aged 16-25 through a non-experimental descriptive quantitative approach utilizing correlation analysis and SPSS 22 for data processing. In conclusion, the study demonstrates that there is no significant relationship between Emotional Intelligence and Impulsive Buying among adolescents aged 16-26 years. Moreover, while emotional intelligence involves recognizing and managing one's own emotions and those of others, impulsive buying is characterized by spontaneous, strong urges to purchase items without thorough cognitive evaluation. ABSTRAKPandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan global, tetapi juga mengubah secara drastis pola perilaku sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk perilaku berbelanja di kalangan remaja. Selama masa pembatasan sosial, aktivitas fisik dan interaksi sosial menurun secara signifikan, sementara penggunaan teknologi digital meningkat pesat.. Peningkatan ini difasilitasi oleh berbagai platform e-commerce yang menawarkan fitur menarik seperti gratis ongkir dan metode pembayaran tunda, sehingga memperkuat munculnya fenomena pembelian impulsif. Pembelian impulsif, yang ditandai oleh keputusan pembelian tidak terencana yang didorong oleh dorongan emosional dan pertimbangan kognitif yang bertentangan, tercatat menyumbang sekitar 40% dari transaksi daring di seluruh dunia. Kecerdasan emosional, yang berperan penting dalam pengaturan emosi dan pengambilan keputusan, diyakini memiliki kaitan dengan perilaku pembelian impulsif. Masa remaja, yang dikenal sebagai periode dengan gejolak emosional tinggi, dapat meningkatkan kerentanan terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kecerdasan emosional dan pembelian impulsif pada remaja berusia 16–25 tahun melalui pendekatan deskriptif kuantitatif non-eksperimental menggunakan analisis korelasi dan pengolahan data dengan SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan pembelian impulsif pada remaja usia 16–26 tahun. Meskipun kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk mengenali serta mengelola emosi diri dan orang lain, pembelian impulsif ditandai oleh dorongan spontan untuk membeli tanpa evaluasi kognitif yang mendalam.