Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Parents Attachment dengan Loneliness pada Remaja usia 15-18 tahun Tanzil, Abigail Theodora; Eterno, Shenny Harvi
CAUSALITA : Journal of Psychology Vol 3 No 1 (2025): CAUSALITA: Journal of Psychology
Publisher : CV. Causalita Dynamic Solutions

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62260/causalita.v3i1.528

Abstract

Masa remaja merupakan transisi perkembangan sebagai bentuk konstruksi sosial yang saling bertautan. Masa remaja juga merupakan masa yang penuh dengan emosi yang berkaitan dengan hubungan orangtua-remaja. Pada masa ini, remaja mulai mengembangkan suatu hubungan, sistem nilai, jati diri, dan independen dari orangtua. Hal ini terjadi karena remaja sangat mengharapkan kebebasan, namun proses ini seringkali membawa masalah pada diri remaja sebab keinginan untuk independen tersebut tidak diseimbangi dengan hubungan yang erat dengan pihak lain, sehingga remaja pun mengalami perasaan terisolasi secara sosial. Perasaan terisolasi tersebut kemudian dapat menimbulkan rasa kesepian pada remaja. kedekatan remaja dengan orangtua akan mampu memfasilitasi remaja dalam kecakapan dan kesejahteraan sosial seperti yang tercermin dalam beberapa ciri seperti harga diri, penyesuaian emosi dan kesehatan fisik serta dapat membantu remaja memahami dirinya lebih lagi dan mampu melewati masa krisisnya.  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif non-eksperimental. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun, Penelitian ini menggunakan analisa korelasi dan pengolahan data menggunakan SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka signifikansi 0.000 (p<0.05), yang menunjukkan hipotesis penelitian ini diterima. Terdapat hubungan antara parents attachment baik ibu maupun ayah dengan loneliness pada remaja. Hal ini menunjukan bahwa terdapat korelasi negatif antara variabel parents attachment baik ibu maupun ayah dengan loneliness. Hal ini berarti individu yang memiliki attachment yang baik dengan ibu maupun ayah memiliki kemungkinan yang rendah dalam mengalami kesepian, atau individu tersebut juga mampu mengatasi kesepian yang dialami, begitu juga sebaliknya, individu dengan attachment yang kurang baik dengan ibu maupun ayah memiliki kemungkinan yang tinggi dalam mengalami kesepian dan akan kurang mampu mengatasi kesepian yang dialami.  
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA USIA 16–25 TAHUN Tanzil, Abigail Theodora; Christanto, Budi; Farrell, Alysha
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 5 No. 4 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v5i4.7809

Abstract

The COVID-19 pandemic has not only created a global health crisis but has also drastically changed social and economic behavior patterns, including shopping behavior among teenagers. During the period of social restrictions, physical activity and social interactions decreased significantly, while the use of digital technology increased rapidly. This surge, facilitated by various online e-commerce platforms offering enticing features like free shipping and deferred payment options, underscores the emergence of impulsive buying phenomena. Impulsive buying, characterized by unplanned purchases driven by conflicting thoughts and emotional urges, constitutes a notable portion of online transactions worldwide, amounting to 40% according to some studies. Emotional intelligence, crucial in regulating emotions and decision-making, plays a pivotal role in impulsive buying behavior. Adolescence, recognized as an emotionally turbulent period, further amplifies the susceptibility to impulsive buying. Therefore, this research aims to explore the relationship between Emotional Intelligence and Impulsive Buying among adolescents aged 16-25 through a non-experimental descriptive quantitative approach utilizing correlation analysis and SPSS 22 for data processing. In conclusion, the study demonstrates that there is no significant relationship between Emotional Intelligence and Impulsive Buying among adolescents aged 16-26 years. Moreover, while emotional intelligence involves recognizing and managing one's own emotions and those of others, impulsive buying is characterized by spontaneous, strong urges to purchase items without thorough cognitive evaluation. ABSTRAKPandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan global, tetapi juga mengubah secara drastis pola perilaku sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk perilaku berbelanja di kalangan remaja. Selama masa pembatasan sosial, aktivitas fisik dan interaksi sosial menurun secara signifikan, sementara penggunaan teknologi digital meningkat pesat.. Peningkatan ini difasilitasi oleh berbagai platform e-commerce yang menawarkan fitur menarik seperti gratis ongkir dan metode pembayaran tunda, sehingga memperkuat munculnya fenomena pembelian impulsif. Pembelian impulsif, yang ditandai oleh keputusan pembelian tidak terencana yang didorong oleh dorongan emosional dan pertimbangan kognitif yang bertentangan, tercatat menyumbang sekitar 40% dari transaksi daring di seluruh dunia. Kecerdasan emosional, yang berperan penting dalam pengaturan emosi dan pengambilan keputusan, diyakini memiliki kaitan dengan perilaku pembelian impulsif. Masa remaja, yang dikenal sebagai periode dengan gejolak emosional tinggi, dapat meningkatkan kerentanan terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kecerdasan emosional dan pembelian impulsif pada remaja berusia 16–25 tahun melalui pendekatan deskriptif kuantitatif non-eksperimental menggunakan analisis korelasi dan pengolahan data dengan SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan pembelian impulsif pada remaja usia 16–26 tahun. Meskipun kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk mengenali serta mengelola emosi diri dan orang lain, pembelian impulsif ditandai oleh dorongan spontan untuk membeli tanpa evaluasi kognitif yang mendalam.