Pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga penanaman adab sebagai fondasi pembentukan karakter, sehingga relevansinya diuji kembali di tengah perkembangan kecerdasan buatan (AI). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemikiran tokoh-tokoh Islam klasik dan kontemporer mengenai adab guru-murid, menganalisis tantangan etika pembelajaran di era AI, serta merumuskan kerangka etika pembelajaran berbasis nilai adab yang sesuai dengan konteks pendidikan Islam modern di Indonesia. Penelitian menggunakan metode library research dengan menelaah karya klasik seperti al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Ibnu Khaldun, serta literatur kontemporer terkait etika pendidikan dan perkembangan teknologi AI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai adab seperti keikhlasan, keteladanan, penghormatan, dan tanggung jawab ilmiah memiliki relevansi kuat dalam menjawab dilema etis yang muncul akibat penggunaan AI, termasuk risiko plagiarisme, degradasi kemampuan berpikir kritis, bias algoritma, serta melemahnya relasi spiritual antara guru dan murid. Temuan juga menunjukkan bahwa pemikiran tokoh klasik menyediakan fondasi moral, sementara tokoh kontemporer memperluas penerapannya dalam konteks digital, sehingga keduanya dapat diintegrasikan menjadi kerangka etika pembelajaran yang adaptif terhadap tantangan teknologi modern. Penelitian ini menegaskan pentingnya reposisi peran guru sebagai pembimbing etis dan penjamin integritas akademik dalam lingkungan belajar berbasis AI. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa integrasi adab guru-murid dengan pemanfaatan AI merupakan langkah strategis untuk menjaga keberkahan ilmu dan humanisasi pendidikan Islam di era digital.