Desa Abang di Kabupaten Tabanan memiliki keragaman potensi alam dan budaya lokal yang signifikan, meliputi kawasan hutan pinus, kontur topografi yang dinamis, mata air alami, serta praktik sosial-budaya yang hidup di tengah masyarakat. Potensi alam ini menjadi landasan bagi pengembangan hutan wisata yang berbasis ekowisata dan kearifan lokal. Namun, dalam implementasinya, kawasan ini menghadapi sejumlah permasalahan tata ruang, seperti zonasi yang tidak terstruktur, jalur sirkulasi yang kurang terarah, ketiadaan sistem penanda ruang, serta belum adanya strategi desain interior yang mendukung kenyamanan dan fungsionalitas ruang luar. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi desain interior dan zonasi ruang yang mampu merespon permasalahan tersebut melalui pendekatan deskriptif-kualitatif dengan mengintegrasikan konsep Tri Hita Karana. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengelompokan zona ruang berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pengunjung menjadi dasar dalam menciptakan tata ruang yang efisien dan adaptif. Strategi interior difokuskan pada peningkatan kenyamanan ruang terbuka melalui integrasi pencahayaan alami, sirkulasi udara silang, serta pemilihan material dan elemen visual yang merepresentasikan identitas budaya setempat. Dengan mengadopsi prinsip arsitektur ekologis dan filosofi penataan ruang tradisional Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana. Strategi desain interior dan zonasi ruang ini berkontribusi dalam menciptakan pengalaman ruang yang nyaman, kontekstual, dan edukatif, sekaligus memperkuat fungsi hutan wisata sebagai ruang rekreatif dan berkelanjutan di Desa Abang. Kata Kunci:, Budaya lokal, desain interior, hutan wisata, pariwisata berkelanjutan, tri hita karana, zonasi ruang