ABSTRAK Toxic relationship antara ayah dan anak perempuan merupakan fenomena yang kompleks, terutama dalam konteks budaya patriarkis yang menempatkan ayah sebagai figur otoritas tertinggi dalam keluarga. Pola-pola negatif seperti kontrol berlebihan, pengabaian emosional, kekerasan verbal, komunikasi sosial yang menyakitkan, dan manipulasi psikologis sering kali muncul dalam hubungan ini yang berdampak pada kesehatan mental anak perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan beracun antara ayah dan anak perempuan dalam keluarga di Kota Kupang, daerah yang menunjukkan angka kekerasan emosional terhadap anak perempuan yang cukup tinggi. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, penelitian ini melibatkan lima partisipan perempuan berusia 18–25 tahun yang memiliki pengalaman hubungan tidak sehat dengan ayah mereka. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian mengungkapkan tiga tema utama: ketimpangan hubungan kekuasaan dalam hubungan ayah dan anak perempuan, dampak psikologis terhadap anak perempuan serta strategi bertahan, Harapan dan ambivalensi terhadap figur ayah. Penelitian ini menyoroti urgensi kesadaran kolektif mengenai dampak jangka panjang hubungan disfungsional dalam keluarga dan pentingnya intervensi psikologis yang kontekstual serta berbasis budaya lokal. ABSTRACT Toxic relationships between fathers and daughters represent a complex phenomenon, particularly within patriarchal cultures that position the father as the highest authority figure in the family. Negative patterns such as excessive control, emotional neglect, verbal abuse, painful social comparisons, and psychological manipulation often emerge in these relationships, significantly affecting the daughter's mental health. This study aims to describe toxic father and daughter relationships within families in Kupang City, a region with a notably high rate of emotional abuse against young women. Using a qualitative approach with a phenomenological method, the study involved five female participants aged 18–25 who had experienced unhealthy relationships with their fathers. Data were collected through semi-structured interviews and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The findings revealed three main themes: power imbalance in father-daughter relationships, psychological impacts on the daughters, and survival strategies, along with hope and emotional ambivalence toward the father figure. This study highlights the urgent need for collective awareness of the long-term effects of dysfunctional family relationships and emphasizes the importance of psychological interventions that are contextual and culturally grounded.