Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Self-Control with Online Shopping Consumptive Behavior in Young Women in Oesapa Village Valen Florenci Boru; M.Dinah Charlota Lerik; M.K.P Abdi Keraf
Journal of Health and Behavioral Science Vol 3 No 2 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.564 KB) | DOI: 10.35508/jhbs.v3i2.3845

Abstract

Adolescents have unrealistic characteristics, unstable emotional states, and are easily influenced. In this situation, the ability to control themselves becomes weak, so they tend to take action based on emotions, one of which is consumptive especially for young women who shop more frequently. Consumptive behavior is made easier by online shopping. The purpose of this study was to determine the relationship between self-control and consumptive online shopping behavior among young women living in Oesapa Village. This research is a quantitative study with data analysis using the Spearman correlation technique. Determination of the research sample using the Krijcie-Morgan table (1970) with a 95% level of confidence in the population, with a total sample of 341 young women in Oesapa Village; Consumptive Behavior, Self Control, Young Women
GAMBARAN TOXIC RELATIONSHIP ANTARA AYAH DAN ANAK PEREMPUAN DALAM KELUARGA DI KOTA KUPANG Nomleni, Juwita D.R; M.K.P Abdi Keraf; Juliana M.Y Benu
Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 03 (2025): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v7i03.338

Abstract

ABSTRAK Toxic relationship antara ayah dan anak perempuan merupakan fenomena yang kompleks, terutama dalam konteks budaya patriarkis yang menempatkan ayah sebagai figur otoritas tertinggi dalam keluarga. Pola-pola negatif seperti kontrol berlebihan, pengabaian emosional, kekerasan verbal, komunikasi sosial yang menyakitkan, dan manipulasi psikologis sering kali muncul dalam hubungan ini yang berdampak pada kesehatan mental anak perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan beracun antara ayah dan anak perempuan dalam keluarga di Kota Kupang, daerah yang menunjukkan angka kekerasan emosional terhadap anak perempuan yang cukup tinggi. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, penelitian ini melibatkan lima partisipan perempuan berusia 18–25 tahun yang memiliki pengalaman hubungan tidak sehat dengan ayah mereka. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan dianalisis menggunakan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil penelitian mengungkapkan tiga tema utama: ketimpangan hubungan kekuasaan dalam hubungan ayah dan anak perempuan, dampak psikologis terhadap anak perempuan serta strategi bertahan, Harapan dan ambivalensi terhadap figur ayah. Penelitian ini menyoroti urgensi kesadaran kolektif mengenai dampak jangka panjang hubungan disfungsional dalam keluarga dan pentingnya intervensi psikologis yang kontekstual serta berbasis budaya lokal. ABSTRACT Toxic relationships between fathers and daughters represent a complex phenomenon, particularly within patriarchal cultures that position the father as the highest authority figure in the family. Negative patterns such as excessive control, emotional neglect, verbal abuse, painful social comparisons, and psychological manipulation often emerge in these relationships, significantly affecting the daughter's mental health. This study aims to describe toxic father and daughter relationships within families in Kupang City, a region with a notably high rate of emotional abuse against young women. Using a qualitative approach with a phenomenological method, the study involved five female participants aged 18–25 who had experienced unhealthy relationships with their fathers. Data were collected through semi-structured interviews and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). The findings revealed three main themes: power imbalance in father-daughter relationships, psychological impacts on the daughters, and survival strategies, along with hope and emotional ambivalence toward the father figure. This study highlights the urgent need for collective awareness of the long-term effects of dysfunctional family relationships and emphasizes the importance of psychological interventions that are contextual and culturally grounded.
HUBUNGAN REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI VERBAL PADA PASANGAN SUAMI ISTRI DI KOTA KUPANG Ningsih; M.K.P Abdi Keraf; Juliana M.Y Benu
Medika Alkhairaat: Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 03 (2025): Desember
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v7i03.346

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku agresi verbal pada pasangan suami istri di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang. Latar belakang penelitian ini adalah didasarkan pada kasus perceraian pertahun dimana sekitar 70% diakibatkan oleh kasus perselisihan dalam rumah tangga. Menurut BPS (2023) kota Kupang menjadi kota yang paling banyak mencatat kasus perceraian yang diakibatka perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga. Kasus terbaru lainnya terdapat 2 kasus kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2024 di Kelurahan Fatululi. Adanya konflik dalam rumah tangga sering kali dipicu oleh ketidakmampuan individu dalam mengelola emosinya secara adaptif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan perilaku agresi verbal pada pasangan suami istri di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan melibatkan 164 subyek, yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner menggunakan skala regulasi emosi dan agresi verbal yang telah divalidasi. Hasil korelasi Pearson menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (r = -0,666; p < 0,001), yang berarti semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah agresi verbal. Regulasi emosi menyumbang 44,4% variansi pada agresi verbal, memperkuat pentingnya kemampuan ini dalam meredam konflik dalam rumah tangga ABSTRACT This study aims to determine the relationship between emotional regulation and verbal aggression behavior in married couples in Fatululi Village, Kupang City. The background of this study is based on divorce cases per year where around 70% are caused by cases of disputes in the household. According to BPS (2023), Kupang City is the city with the most recorded cases of divorce due to disputes and quarrels in the household. Another recent case was 2 cases of domestic violence in 2024 in Fatululi Village. Conflict in the household is often triggered by the inability of individuals to manage their emotions adaptively. Therefore, this study aims to determine the relationship between emotional regulation and verbal aggression behavior in married couples in Fatululi Village, Kupang City. The study used a quantitative correlational approach involving 164 participants, selected using simple random sampling. Data collection employed adapted and validated scales for emotional regulation and verbal aggression. Pearson correlation results showed a significant negative relationship (r = -0.666, p < 0.001), indicating that the higher the emotional regulation, the lower the verbal aggression. Emotional regulation accounted for 44.4% of the variance in verbal aggression, confirming its pivotal role in mitigating harmful communication within marriage.