Background: Indonesia, as a tropical country, faces a high burden of vector-borne infectious diseases, particularly dengue fever (DHF), transmitted by the Aedes aegypti mosquito. The high number of DHF cases in Indonesia, including in South Lampung, is influenced by environmental factors, community behavior, and the limitations of manual recording systems for monitoring mosquito larvae. Vector control efforts through national strategies such as 3M Plus and mosquito nest eradication have been implemented, but their effectiveness remains hampered by data accuracy and community participation. In the digital era, the innovative mobile application-based Larvae Recording System (SIJENTIK) offers a solution to improve accuracy, speed, and community engagement in dengue prevention. A community service program in Hajimena Village, South Lampung, aims to empower residents as independent mosquito larvae monitors through the application of SIJENTIK, enabling real-time mosquito larvae monitoring and supporting more targeted health interventions. Purpose: Increase public awareness of dengue fever (DHF) and promote the use of the SIJENTIK DBD application. Method: The activity was conducted in 2025 in Hajimena Village, South Lampung, involving health cadres, health workers, and the community as respondents. The activities included education on dengue hemorrhagic fever (DHF), photo recording of invasive species, manual recording of SIJENTIK data from Aedes aegypti survey forms, and ovitrap construction. The recording was carried out using the SIJENTIK digital application, an interface application that can be installed on smartphones and used in real time. The SIJENTIK DBD application was used as a substitute for the observational technique of recording mosquito larvae through inputting data into the application dashboard, where input data would be directly processed, accumulated, and accessed in real time. Results: This demonstrated a 14.6% increase in knowledge and skills of health workers in recording mosquito larvae. Descriptive data showed that manual recording was slow, data was inaccurate, reporting time was required, and interventions were not timely. Meanwhile, with the SIJENTIK DBD application, the recording process is faster, the data is more accurate, data can be input directly digitally, reports are updated at any time, and intervention actions are faster and more targeted. Conclusion: The SIJENTIK DBD program's educational activities effectively increased the knowledge of healthcare workers, strengthened their ability to record mosquito larvae, and facilitated community monitoring and health education. This digital reporting system accelerated communication, increased transparency, and encouraged community participation, enabling SIJENTIK DBD to become an efficient community-based intervention model for dengue control. Suggestion: Expanding education and implementing SIJENTIK DBD in schools and ensuring its continued implementation at the district level is necessary, along with training for cadres and support from local government policies. Active community involvement as independent mosquito larvae monitors (jumantik) also needs to be increased to ensure consistent monitoring and more effective reduction in dengue cases. Keywords: Community empowerment; Dengue fever; Healthcare workers; SIJENTIK DBD application Pendahuluan: Indonesia sebagai negara tropis menghadapi beban tinggi penyakit menular berbasis vektor, terutama Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Tingginya kasus DBD di Indonesia, termasuk di Lampung Selatan, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku masyarakat, serta keterbatasan sistem pencatatan manual dalam pemantauan jentik. Upaya pengendalian vektor melalui strategi nasional seperti 3M Plus dan pemberantasan sarang nyamuk telah dilaksanakan, namun efektivitasnya masih terkendala oleh akurasi data dan partisipasi komunitas. Di era digital, inovasi Sistem Pencatatan Jentik (SIJENTIK) berbasis aplikasi seluler hadir sebagai solusi untuk meningkatkan akurasi, kecepatan, dan keterlibatan masyarakat dalam pencegahan DBD. Program pengabdian masyarakat di Desa Hajimena, Lampung Selatan, bertujuan memberdayakan warga sebagai jumantik mandiri melalui penerapan SIJENTIK, sehingga pemantauan jentik dapat dilakukan secara realtime dan mendukung intervensi kesehatan yang lebih tepat sasaran. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan tentang demam berdarah dengue (DBD) dan sosialisasi penerapan aplikasi SIJENTIK DBD pada masyarakat. Metode: Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2025 di Desa Hajimena, Lampung Selatan, dengan melibatkan kader kesehatan, tenaga kesehatan, dan masyarakat sebagai responden. Kegiatan berupa penyuluhan mengenai demam berdarah dengue (DBD), pencatatan foto spesies invasif, pencatatan manual SIJENTIK dari formulir survei aedes aegypti, serta konstruksi ovitrap. Pelaksanaan pencatatan menggunakan aplikasi digital SIJENTIK yang merupakan suatu aplikasi interface, dapat diinstalasi pada smartphone dan dapat digunakan secara realtime. Penggunaan aplikasi SIJENTIK DBD adalah sebagai pengganti dalam teknik pencatatan jentik nyamuk hasil observasi yaitu dengan cara menginput pada dashboard aplikasi, dimana data input akan secara langsung diproses, di akumulasi, dan di akses secara realtime. Hasil: Menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan pekerja kesehatan sebesar 14.6% dalam mencatat jentik nyamuk. Secara deskriptif menunjukkan bahwa dengan pencatatan manual dalam proses pelaksanaan lambat, datanya kurang akurat, diperlukan waktu tertentu untuk membuat laporan, dan tindakan intervensi tidak tepat waktu. Sedangkan, dengan aplikasi SIJENTIK DBD mendapatkan proses pencatatan lebih cepat, datanya lebih akurat, data dapat dinput langsung secara digital, update laporan setiap saat, dan tindakan intervensi menjadi lebih cepat dan tepat sasaran. Simpulan: Kegiatan edukasi program SIJENTIK DBD efektif meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan, memperkuat kemampuan pencatatan jentik, serta memudahkan masyarakat memantau laporan dan memperoleh edukasi kesehatan. Sistem pelaporan digital ini mempercepat komunikasi, meningkatkan transparansi, dan mendorong partisipasi komunitas, sehingga SIJENTIK DBD dapat menjadi model intervensi berbasis masyarakat yang efisien dalam penanggulangan DBD. Saran: Perlunya perluasan edukasi dan penerapan SIJENTIK DBD ke sekolah serta penerapan berkelanjutan di tingkat kabupaten, disertai pelatihan kader dan dukungan kebijakan pemerintah daerah. Keterlibatan aktif masyarakat sebagai jumantik mandiri juga perlu ditingkatkan agar sistem pemantauan berjalan konsisten dan mampu menekan angka kasus DBD secara lebih efektif.