Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIHA KABUPATEN PESISIR BARAT Sepriyani Sepriyani; Andoko Andoko; Agung Aji Perdana
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 5, No 3 (2018): Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.876 KB) | DOI: 10.29406/jkmk.v5i3.1572

Abstract

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Puskesmas Biha menduduki posisi teratas dengan malaria klinis sebanyak 354 kasus dari 23.590 penduduk (1,5%) dengan 127 (35,87 %) di antaranya didiagnosis sebagai Malaria Positif.  Tujuan penelitian adalah diketahui faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Rawat Inap Biha Kabupaten Pesisir Barat tahun 2017 - 2018. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan desain case control atau retrospective study. Populasi adalah penduduk yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Biha. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 123 kasus dan 123 kontrol atau sebanyak 246 responden. Analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden yang memiliki kandang ternak (52,8%), memiliki tempat perindukan nyamuk (83,7%), langit-langitnya tidak memenuhi syarat (55,3%), dindingnya tidak memenuhi syarat (65,0%), kawat kassanya tidak memenuhi syarat (58,5%), ada kelambu (69,9%). Tidak ada hubungan kandang ternak (p value 0,160) dan tempat perindungan nyamuk (p value 0,388) dengan kejadian malaria. Ada hubungan langit-langit (p value 0,000. OR 8,04), dinding (p value 0,000. OR 3,9), kawat kassa (p value 0,000 OR 4,05), kelambu (p value 0,000. OR 16,6) dengan kejadian malaria. Kelambu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria di Puskesmas Rawat Inap Biha Kabupaten Pesisir Barat tahun 2017 - 2018, dimana memiliki nilai OR tertinggi yaitu 14.83. Saran pada penelitian ini diperlukan adanya tambahan penyuluhan kesehatan bagi masyarakat khususnya tentang malaria.
EFEKTIVITAS TANAMAN SEREH WANGI SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti Achmad Farich; Agung Aji Perdana; Dian Yunita
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 13 No 1 (2021): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v13i1.3767

Abstract

Dengue Haemorrhagic Fever is an infectious disease caused by the dengue virus which is transmitted mainly through the bite of the Aedes aegypti mosquito. Currently, larvicides are an important strategy in dengue vector control. Larvisides are applied to mosquito breeding sites to kill larvae. This study aims to determine the effectiveness of citronella essential oil as a larvicide for Aedes aegypti. An experimental design with a randomized post-test only control group design was applied in this study using the first to fourth instar larvae of Aedes aegypti as the test material. The concentrations of essential oils applied were 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 500 ppm and control with 4 replications for 3 different days. A total of 25 Ae aegypti larvae were used in each treatment and observed for 24 hours. Data analysis was performed using univariate and bivariate (probit test and Kruskal Wallis test). The results showed that all concentrations in the treatment group had significant differences with the control group with p < 0.05. This laboratory test also revealed that citronella essential oil was effective to kill the fourth instar larvae of Aedes aegypti with an LC50 of 1.553 mg/L. Citronella essential oil was effective in killing 50% of IVth instar larvae (LT50) within 3.6 minutes. The results of the chemical composition analysis of citronella essential oil using GC-MS showed citronellal, 2,6-octadien-1-ol, 3,7-dimethyl, and citronellol as the most abundant compositions. Citronella essential oil has potential as an effective botanical pesticide to control Aedes aegypti larvae. Abstrak Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan virus dengue yang ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui nyamuk Aedes aegypti. Saat ini, larvasida merupakan salah satu strategi penting dalam pengendalian vektor dengue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas minyak atsiri sereh wangi sebagai larvasida Aedes aegypti. Metode yang digunakan berupa eksperimental design dengan rancangan randomized post test only control group design dengan menggunakan larva Ae. aegypti instar I sampai IV sebagai material uji. Konsentrasi minyak atsiri yang digunakan yaitu 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 500 ppm dan kontrol dengan empat kali pengulangan selama tiga hari berbeda. Masing-masing perlakuan menggunakan 25 larva dan dilakukan pengamatan selama 24 jam. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (uji probit dan uji kruskal wallis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua konsentrasi pada kelompok perlakuan memiliki perbedaan secara bermakna dengan kelompok kontrol p<0,05. Minyak atsiri sereh wangi pada semua konsentrasi perlakuan efektif dalam membunuh larva Ae. aegypti. Konsentrasi minyak atsiri sereh wangi yang paling baik membunuh 50% (LC50) larva Ae. aegypti instar IV sebesar 1,553 mg/L. Minyak atsiri sereh wangi mampu membunuh larva Ae. aegypti instar IV sebanyak 50% (LT50) pada waktu 3,616 menit. Komponen utama minyak sereh atsiri sereh wangi yang teridentifikasi dengan GC-MS adalah citronellal, 2,6-octadien-1-ol, 3,7-dimetil, dan citronellol. Minyak atsiri sereh wangi dapat berpotensi sebagai larvasida botani yang efektif untuk mengontrol nyamuk Ae. aegypti
KARAKTERISTIK HABITAT LINGKUNGAN TERHADAP KEPADATAN LARVA ANOPHELES SPP Nova Nur Aziyah Zamil; Khoidar Amirus; Agung Aji Perdana
Journal Health & Science : Gorontalo Journal Health and Science Community Vol 5, No 1 (2021): APRIL: JOURNAL HEALTH AND SCIENCE : GORONTALO JOURNAL HEALTH AND SCIENCE COMMUNI
Publisher : Gorontalo State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35971/gojhes.v5i1.10266

Abstract

Menangani habitat vektor dapat menurunkan kepadatan vektor sehingga kasus malaria bisa dikendalikan. Karakteristik habitat larva Anopheles meliputi karakteristik fisik, kimia, dan biologi. Tujuan dari penelitian ini diketahui karakteristik habitat terhadap kepadatan larva Anopheles spp di wilayah kerja Puskesmas Hanura kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan design penelitian cross-sectional. Variabel independent dalam penelitian ini yaitu karakteristik fisik (suhu air) dan karakteristik kimia ( pH air dan salinitas air). Variabel Dependent yaitu kepadatan larva. Analisis menggunakan analisis korelasi rank spearman.Hasil penelitian (n=24l) rata rata suhu air berkisar 29-30⁰C (CI 95%), pH air 7.72–7.97 (CI 95%), salinitas 0.41-0.83‰ (CI 95%), kepadatan larva 0.48 – 2.26 ekor/cidukan (CI 95%). Hasil analisis korelasi rank spearman, suhu air terhadap kepadatan larva (p-value 0.002 kurang dari p 0.05), r -0.600 menunjukkan ada pengaruh signifikan dengan arah negative, semakin tinggi suhu air pada penelitian maka semakin rendah kepadatan vektor. Salinitas air terhadap kepadatan larva (p-value 0.050 kurang dari p 0.05), r0.404, menunjukkan ada pengaruh signifikan dengan arah positive, semakin tinggi salinitas pada penelitian maka semakin tinggi kepadatan larvanya . Sedangkan pH air terhadap kepadatan larva (p-value 0.025 kurang dari p 0.05), r 0.456, menunjukkan ada pengaruh signifikan dengan arah positive, semakin tinggi pH air pada penelitian maka semakin tinggi kepadatan larvanya. Hasil penelitian karakteristik habitat di lokasi penelitian maka sangat memungkinkan larva Anopheles dapat berkembangbiak dengan baik. Disarankan  kepada petugas kesehatan untuk mengintensifkan peranan dalam melakukan surveilens vektor. Selain itu dalam upaya preventif, peran serta masyarakat perlu dilibatkan. ABSTRACTHandling the habitat of vector would reduce the density vector, so that malaria cases can be controlled. The habitat characteristics of Anopeheles spp larva include physical, chemical, and biological characteristics. The aim of this research was to determine the habitat characteristics with density of Anopheles spp larva in the work area of puskesmas (primery health care) Hanura, Teluk Pandan, Pesawaran Regency.This research is a quantitative analytic study with cross-sectional design. Independent variabels on this research are physical characteristic (water temprature) and chemical characteristics (pH water and salinity water). Dependent variabel is density larva. Analysis used Rank Spearman correlation analysis.Result of this research, the range of water temperature 29-30⁰C (CI 95%), pH water 7.72–7.97 (CI 95%), salinity water 0.41-0.83‰ (CI 95%), density larva 0.48 – 2.26 larva/dipper (CI 95%), n = 24. The result of Rank Spearman correlation analysis, water temperature with density larva (p-value 0.002 ≤ p 0.05), r -0.600 indicates there is a significant negative correlation, the higher water temprature in the research result so the lower density of larvae. Salinity water with density larva (p-value 0.050 smaller than p 0.05), r0.404, indicates there is a significant between salinity and density larva with positive correlation, the higher salinuty  water in the research result so the higher density of larvae. While, pH water with density larva (p-value 0.025 smaller than p 0.05), r 0.456 indicates there is a significant positive correlation , the higher pH water in the research result so the higher density of larvae . This result of the characteristics habitat in the location, it is very possible that Anopheles spp larvae can reproduce well. Recommended for health workers to intensify their roles in vector surveillance. In addition for preventive effort, community participation needs to be involved.
Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kuala Tungkal II, Jambi Dwi Ruth Rahayuning Asih Budi; Khoidar Amirus; Agung Aji Perdana
Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA (JKSP) Vol. 4 No. 2 (2021): Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32524/jksp.v4i2.270

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between occupancy, ventilation area, humidity, temperature, lighting, and floor conditions on pulmonary tuberculosis. This was a case-control study with the number of samples as many 60 cases of positive pulmonary tuberculosis patients and 60 control, not pulmonary tuberculosis patients and applied logistic regression analysis. The result of the bivariate analysis was showing that there was a correlation between pulmonary tuberculosis disease with the physical house condition crowded household, ventilation, room temperature, humidity of the house, lighting, and floor condition p-value indicates a row of ((0.002, 0.028, 0.010, 0.006, 0.003, 0.009). Results of regression analysis showed that ventilation is the most dominant factor affecting pulmonary tuberculosis disease OR (2,207). The conclusion of this study, there is relationship between crowded household, ventilation, room temperature, humidity, light intensity and floor condition with Pulmonary Tuberculosis. Recommended to pay attention to healthly house sanitary aspects in terms of crowded household, ventilation, room temperature, light intensity, floor condition, habit of opening the windows in the morning and increase hygiene and healthy behaviors to prevent transmission of pulmonary tuberculosis and doing health promotion for the community.
Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah terhadap Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang, Lampung Agung Aji Perdana; Yolan Sasana Putra
Jurnal Kesehatan Vol 9, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.197 KB) | DOI: 10.26630/jk.v9i1.739

Abstract

WHO in 2015 revealed that six of the countries contribute for 60% of new cases of Pulmonary TB, one of which is Indonesia. Houses that do not meet health requirements was one of the influential factors in the spread of bacteria tuberculosis. Pulmonary TB cases in Lampung Province in 2014 were 108 cases, of which 83 cases occurred at Panjang Community Health Centre. The condition of houses in the District of Panjang was only 26.28% that qualify healthy homes. This study was to identify the relationship physical environment of the house and pulmonary TB in Panjang Community Health Centre. This was a case-control study with the number of samples as many 50 cases of positive pulmonary tuberculosis patients and 50 control, not pulmonary tuberculosis patients and applied logistic regression analysis. The result showed that pulmonary TB was closely related to crowded household, ventilation, lighting, humidity of the house and lighting was the most important indicators in Panjang Community Health Centre. A healthy home and healthy life behavior were keys to reducing the risk of transmission of pulmonary tuberculosis.
DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT, LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN PESAWARAN Samino Samino; Agung Aji Perdana
Jurnal Kesehatan Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.955 KB) | DOI: 10.26630/jk.v4i2.82

Abstract

Samino1) Agung Aji Perdana1)1)Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati              Abstract : BehavioralDeterminants ofPublic, Environment with theincidence ofmalariainthe districtPesawaran2013.Indonesia is onecountrythat isstillgoing onmalariatransmission.The purposeof research is knowndeterminant ofpeople's behavior, environmentwithmalariaincidence. Analytical surveywithnested case-controldesign.Numbersampel128responden(64 casesand64kontrol).The results showedrespondentsin the habit ofgoing outat nighta groupof cases(68.8%), do notuse anycustommosquitorepellentatnightwhile sleepingthe case group(54.7%), neighbourhoodaremosquito breedingcases(70, 3%), notmeetinghis walloverthe case group(57.8%), homeis notmountedon awiregauzeventcase group(64.1%).There isa relationshiphabitto leave the housein the evening(p-value0, 001, OR3.432), abroodingmosquitoes(p-value0, 001, OR3.462), walldensity(p-value0, 013, OR2.616), wiringKassa(p -value 0.008, OR2, 781) withthe incidence of malaria.There was nodrug useantimosquitowithmalariaincidence(p-value0, 111). While themostdominantvariableisout of the housein the evening(p-value = 0.000, OR6.6). Suggestedthat thehealth department to promotioneverysixmonths, andthe community to reducethe frequencyout of the houseat nightanduse abody-coveringclothing. Keywords : Public Behavior, Environment, and Malaria Abstrak : Determinan Perilaku Masyarakat,  Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2013. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih terjadi transmisi malaria. Tujuan penelitian diketahui determinan perilaku masyarakat,  lingkungan dengan kejadian penyakit malaria. Survei analitik dengan rancangan Case Control. Jumlah sampel128responden (64 kasus dan 64kontrol). Hasil penelitian menunjukkan responden mempunyai kebiasaan keluar rumah pada malam hari kelompok kasus  (68,8%), kebiasaan tidak menggunaan obat anti nyamuk pada saat tidur malam kelompok kasus (54,7%), lingkungan tempat tinggal terdapat perindukan nyamuk kelompok kasus (70,3%), dinding rumahnya tidak rapat lebih kelompok kasus (57,8%), rumaah tidak dipasang kawat kassa pada ventilasi kelompok kasus (64,1%).  Ada hubungan kebiasaan keluar rumah pada malam hari (p-value0,001, OR 3,432), tempat perindukan nyamuk (p-value0,001, OR 3,462), kerapatan dinding rumah (p-value0,013, OR 2,616),  pemasangan kawat kassa (p-value 0,008, OR2,781) dengan kejadian malaria.Tidak terdapat hubungan penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria (p-value0,111). Sedangkan variabel yang paling dominan keluar rumah pada malam hari (p-value 0,000, OR 6,6). Disarankan agar dinas kesehatan melakukan promosi kesehatan setiap enam bulan, dan  masyarakat mengurangi frekuensi keluar rumah pada malam hari serta menggunakan pakaian yang menutupi badan. Kata Kunci       : Perilaku masyarakat, lingkungan, dan malaria
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMASRAWAT INAP KEMILING BANDAR LAMPUNG Agung Aji Perdana; Dina Dwi Nuryani; Tutik Lestari
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 6, No 3 (2017): Volume 6 Nomor 3
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v6i3.491

Abstract

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, Kunjungan di Posbindu PTM yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiling di bawah 20% Sedangkan indicator dalam pemanfaatan Posbindu PTM baik di Kabupaten maupun di Provinsi adalah sebesar 20%. Tujuan penelitian diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung 2017. Penelitian kuantitatif pendekatan cros sectional. Populasi berjumlah 6.592 dengan sampel sebanyak 314 orang. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan analisis univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (Regresi Logistik Ganda). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan, umur, peran petugas kesehatan, dukungan keluarga, kebutuhan pribadi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan posbindu lansia. Variabel jenis kelamin tidak bermakna. Sedangkan pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan variabel yang lain. Disarankan Dinas kesehatan dan Puskesman Rawat Inap Kemiling melakukan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan mereka
Uji Lethal Concentration Minyak Atsiri Sereh Wangi Sebagai Larvasida Nyamuk Aedes Aegypti Achmad Farich; Agung Aji Perdana; Dian Yunita
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 10, No 2 (2021): Volume 10 Nomor 2
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v10i2.5046

Abstract

Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan virus dengue yang ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui nyamuk Aedes aegypti. Salah satu usaha untuk memutus siklus hidup nyamuk yaitu pada usia jentik dengan menggunakan larvasida. Larva Aedes aegypti harus dihambat perkembangannya agar tidak berkembang menjadi tahapan instar selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas minyak atsiri sereh wangi sebagai larvasida Aedes aegypti. Metode yang digunakan berupa eksperimental design dengan rancangan randomized post test only control group design dengan menggunakan larva Aedes aegypti instar I sampai IV sebagai hewan coba. Konsentrasi minyak atsiri yang digunakan yaitu 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 500 ppm dan kelompok control dengan 4 kali pengulangan selama 3 hari berbeda. Masing-masing perlakuan menggunakan 25 larva dan dilakukan pengamatan selama 24 jam. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (uji probit dan uji kruskal wallis. Dari penelitian didapatkan semua konsentrasi pada kelompok perlakuan memiliki perbedaan secara bermakna dengan kelompok control p<0,05. Minyak atsiri sereh wangi efektif membunuh larva Aedes aegypti pada instar IV dengan nilai LC50 sebesar 1,553 mg/L. Komponen kimia minyak atsiri sereh wangi dianalisis dengan GC-MS. Komponen major minyak sereh atsiri sereh wangi yang teridentifikasi yaitu citronellal, 2,6-octadien-1-ol, 3,7-dimetil,dan citronellol. Minyak atsiri sereh wangi dapat digunakan sebagai pestisida alami yang efektif untuk mengontrol nyamuk Aedes aegypti. 
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA DALAM KECAMATAN WAYLIMA KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2013 Agung Aji Perdana; Samino Samino; Dina Dwi Nuryani
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 3, No 1 (2014): Volume 3 Nomor 1
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v3i1.387

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih terjadi transmisi malaria atauberisiko malaria (risk malaria), karena tahun 2011 jumlah pasien malaria yangmeninggal tahun 2011 adalah 388 orang. Angka API di Provinsi Lampung pada tahun2011 sebesar 0,62‰, di Kabupaten Pesawaran angka API pada tahun 2011 sebesar14,77‰, di Puskesmas Kota Dalam angka API pada tahun 2011 sebesar 4,81‰.Tingginya kasus malaria disebabkan oleh masih adanya nyamuk Anopheles sebagaiperantara penularan malaria, perubahan lingkungan yang tidak terkendali, mobilitaspenduduk yang tinggi, dan perilaku masyarakat yang tidak sehat. Tujuan penelitian iniadalah untuk diketahui hubungan perilaku masyarakat dan lingkungan dengan kejadianpenyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kota Dalam, Kecamatan Way Lima,Kabupaten Pesawaran Tahun 2013.Jenis penelitian survei analitik dengan rancangan Case Control. Jumlah sampeldalam penelitian 128 responden. Kelompok kasus 64 responden dan kontrol 64responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa yang analisaunivariat dan bivariat dengan uji Chi Square.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan keluarrumah pada malam hari (p-value 0,001, OR sebesar 3,432 (CI 95% : 1,655 – 7,115),tempat perindukan nyamuk (p-value 0,001, OR sebesar 3,462 (CI 95% : 1,664 – 7,200),kerapatan dinding rumah (p-value 0,013, OR sebesar 2,616 (CI 95% : 1,279 - 5,351),pemasangan kawat kassa (p-value 0,008, OR sebesar 2,781 (CI 95% : 1,359 - 5,691)dengan kejadian malaria. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan obat anti nyamukdengan kejadian malaria (p-value 0,111)Disarankan agar masyarakat mencegah gigitan nyamuk, jika keluar rumah padamalam hari hendaknya menggunakan baju lengan panjang atau menggunakan obat antinyamuk oleh (rappelent). Bagi instansi kesehatan dilakukan penyuluhan secara intensifguna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah danmenanggulangi malaria.Kata Kunci : Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Kejadian Malaria
EFEKTIFITAS PENANAMAN TANAMAN SERAI WANGI (Cymbopogon nardus) TERHADAP INDIKATOR MAYA INDEX DBD DI KABUPATEN PRINGSEWU, LAMPUNG Achmad Farich; Agung Aji Perdana
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 8, No 4 (2019): Volume 8 Nomor 4
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v8i4.2113

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Kejadian demam berdarah meningkat secara drastis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, sebanyak 390 juta orang terinfeksi dengue per tahun. Peningkatan jumlah penderita penyakit DBD di Indonesia terjadi pada tahun 2015 sampai 2016 dengan jumlah kasus 201.885 dan jumlah kematian sebesar 1.585 orang. Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Lampung Kabupaten Pringsewu, Tulang Bawang Barat, Metro merupakan kabupaten dengan angka Incidence rate (IR) tertinggi. Kabupaten Pringsewu mengalami peningkatan kasus DBD pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2015 dengan jumlah kasus 680 kasus, 3 diantaranya meninggal dunia. Dibutuhkan suatu model yang dapat meningkatkan perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue dengan kegiatan ekonomi produktif, melalui pengembangan tanaman pengusir nyamuk yang memiliki nilai ekonomi. Dikenal ada banyak tanaman yang bisa menjadi pengusir nyamuk seperti tanaman serai. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas tanaman serai wangi terhadap indikator Maya Index (MI) di Desa Wonodadi Kabupaten Pringsewu. Metode : Jenis penelitian adalah studi kuantitatif dengan desain pretest-postest nonequivalent group design. Desa Wonodadi merupakan desa yang menjadi kelompok intervensi dan Desa Rejosari merupakan desa yang menjadi kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, sebelum dan sesudah penanaman serai wangi dilakukan pengukuran indikator entomolognya. Pengukuran indikator entomologi dilakukan secara visual yaitu dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat potensial perindukan nyamuk aedes aegypti  tanpa mengambil jentiknya. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar formulir ceklis pengamatan jentik didalam dan diluar rumah. Hasil : Jumlah jentik pada jenis TPA controllable sites, disposable sites, undercontrollable sites mengalami kecenderungan menurun sebelum dan sesudah dilakukan intervensi di Desa Wonodadi dan Desa Rejosari. Indikator BRI dan HRI sebelum dan sesudah intervensi masuk dalam kategori tinggi di Desa Wonodadi dan Desa Rejosari. Indikator Maya index sesudah dilakukan intervensi di Desa Wonodadi mengalami kecenderungan menurun (33,3%) dibandingkan Desa Rejosari yang mengalami kecenderungan meningkat (34,72%). Maya index digunakan untuk mengidentifikasi sebuah lingkungan beresko tinggi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti atau tidak. Kesimpulan : Peningkatan kegiatan PSN diperlukan untuk menekan angka kasus DBD dan perlu adanya sebuah kebijakan daerah yaitu penanaman sereh untuk mengurangi resiko tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Kata Kunci : Maya index, Controllable Sites, Breeding Risk Index