Maulana Phaundra Tegar Irawan Maulana Phaundra Tegar Irawan
Universitas Negeri Semarang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Representation of Politeness and Language Style in the Speech of the Vice President of the Republic of Indonesia: Representasi Kesantunan dan Gaya Bahasa Pada Pidato Wakil Presiden Republik Indonesia Maulana Phaundra Tegar Irawan Maulana Phaundra Tegar Irawan; Diyamon Prasandha; Septina Sulistyaningrum
Anthology: Journal of Language, Literature, and Learning Vol. 1 No. 2 (2025): Edisi 2 2025
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/anthology.v1i2.32023

Abstract

Pidato merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan pejabat negara kepada publik, sehingga penggunaan diksinya sangat diperhatikan oleh pendengar dan mencerminkan kepribadiannya. Banyak pejabat saat ini menggunakan diksi yang terkesan kurang tepat, sehingga memberikan contoh yang buruk bagi publik. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji kesantunan berbahasa dan penggunaan gaya bahasa dalam pidato publik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi kesantunan berbahasa dan gaya bahasa dalam pidato Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi terhadap 20 teks pidato yang dikumpulkan dari berbagai acara resmi kenegaraan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pidato-pidato tersebut mengandung 60 contoh kesantunan berbahasa, yang diklasifikasikan menurut enam maksim Leech: kebijaksanaan, kemurahan hati, persetujuan, kerendahan hati, persetujuan, dan simpati. Selain itu, 45 contoh gaya bahasa retorika diidentifikasi, termasuk repetisi, metafora, antitesis, klimaks, hiperbola, litotes, paralelisme, dan eufemisme. Penggunaan strategi linguistik ini mencerminkan upaya retorika Gibran untuk membangun citra seorang pemimpin yang inklusif,beretika, dan komunikatif. Penerapan kesantunan tidak hanya menjaga etika komunikatif tetapi juga memperkuat kedekatan emosional antara pemimpin dan publik. Dengan demikian, pidato-pidato Gibran dapat menjadi modelkomunikasi publik yang santun dan efektif dalam konteks kenegaraan.