Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Moisture Content and Absorption Levels of Carbon Dioxide in Binuang Bini (Octomeles sumatrana Miq) Trees For Climate Change Management Jacob Kailola; Gun Mardiatmoko; Radios Simanjuntak; Agustinus Kastanya
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 27 No. 3 (2021)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7226/jtfm.27.3.143

Abstract

Binuang bini (Octomeles sumatrana Miq) is a fast-growing tree with numerous economic benefits, such as the provision of wood for carpentry purposes, building boards, water management, and absorption of carbon dioxide (CO2). Therefore, this tree species has great potential and needs to be included in Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD)+'s mitigation program to tackle climate change. In its development, REDD+ has made it possible to carry out carbon trading in the world. Therefore, countries capable of performing protective functions and carry out reforestation, afforestation, and restoration, have the opportunity to be involved in world carbon trading. This study aims to determine the moisture content and carbon absorption rate of Binuang bini trees as a first step to regulate the allometric equation using destructive and laboratory analysis. The results show that the water content in the roots, leaves, as well as the base, middle, and tip of the stem were: 73.69%, 68.39%, 65.59%, 61.22%, and 66.26%, respectively. Furthermore, the sample test results indicate a very close relationship between carbon concentration and absorbance in the O. sumatrana tree with a simple linear regression equation: Y = 0.002X + 0.0593 with R2 = 0.9896. Therefore, this regression equation can be used to calculate the carbon concentration sample for the O. sumatrana tree fraction. The carbon content in 3 tree samples with a breast height diameter of 9.24 cm, 10.08 cm, and 11.68 cm was 2,585 kg. 2,913 kg, and 4,654 kg, respectively. In addition, the carbon sequestration for each tree diameter per year is 1.581 kg year-1, 1,782 kg year-1and 2,847 kg year-1, respectively.
INVENTORY OF DIVERSITY TYPE (BIODIVERSITY) FOREST VEGETATION IN ROKO VILLAGE, DISTRICT, GALELA BARAT, NORTH HALMAHERA DISTRICT jopi jopi
Jurnal Cannarium Vol 15, No 2 (2017): Desember
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.36 KB)

Abstract

Hutan merupakan sekumpulan pohon-pohon yang menempati suatu areal yang sangat luas, memiliki iklim mikro dan ciri khas vegetasi yang berbeda dengan di luar kawasan hutan. Hutan memberikan manfaat bagi manusia baik yang dapat dinikmati secara langsung seperti: kayu, bambu, rotan, enau, madu, obat-obatan, minyak atsiri dll, serta manfaat secara tidak langsung berupa; mencegah erosi, nilai estika atau keindahan alam untuk dijadikan objek wisata,  menyerap unsur karbon ( CO2 ), mengatur tata air (hidrologi), mencega banjir dll.
Kandungan Kadar Air (H2O) Dari Jenis Kayu Jati (Tectona grandis) Dan Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) Asal Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Jacob Kailola; Radios Simanjuntak; Kornelius Punyia
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 12, No 2 (2019)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1391.955 KB) | DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.311-316

Abstract

Pengetahuan yang terbatas tentang sifat fisika kayu (kadar air dan jenis berat), sementara kayu sangat potensial dengan berbagai jenis dan memiliki karakter dan vareabilitas beragam maka sangat perlu diteliti  sifat-sifat kayu, sehingga kita dapat mengetahui kemampuan kayu untuk penggunaannya menyangkut higrokofisitas (kemampuan) kayu menyerap dan menghilangkan air), kerapatan  sehingga penggunaannya bisa dimanfaatkan secara lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyerapan kadar air  pada pohon jati dan sengon asal Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Hasil penelitian ini diharapkan: 1). Dapat memberikan data dan informasi ilmiah tentang penyerapan kadar dari kayu keras dan kayu lunak kepada dunia akademik, komunitas, pemerintah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam pengelolaan. 2). Menjadi pedoman untuk menentukan jenis vegetasi yang memiliki tingkat penyerapan H2O yang tinggi untuk melakukan tindakan rehabilitasi di daerah yang sudah mengalami kerusakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar air pada kayu sengon bagian pangkal 38,485 %, tengah 36,412 % dan ujung 38,162 %. Pada kayu jati  nilai rata-rata pada bagian pangkal  56.406 %, tengah  58,463 % dan ujung 51,045 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa yang  memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan air yaitu jenis pohon dengan nilai sig sebesar 0,004 lebih kecil dibandingkan dengan α 0,05.
Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Aedes aegypti di Desa Gosoma, Halmahera Utara, Indonesia Fiktor Imanuel Boleu
Biosfer : Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi Vol 5 No 1 (2020): BIOSFER: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Unpas,

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.136 KB) | DOI: 10.23969/biosfer.v5i1.2385

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lingkungan biotik dan abiotik habitat perkembangbiakan Ae. aegypti sebagai vektor demam berdarah di Desa Gosoma, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Studi observasional dengan melakukan survei larva pada setiap titik pengambilan sampel dan identifikasi terhadap faktor biotik dan abiotik. Karakteristik lingkungan abiotik diperoleh hasil pengukuran suhu udara berkisar antara 28-32 °C, kelembaban 64-83%, dan intensitas cahaya 450-1780 lux. Sementara suhu air berkisar antara 25-30 °C dan pH 6,4-7,6. Densitas larva tertinggi ditemukan pada daerah rawa sebanyak 31 larva per 250 ml. Inventarisasi vegetasi (faktor biotik) diperoleh 23 jenis tumbuhan pada 8 stasiun pengamatan. INP kumulatif yang tinggi pada tingkat rumput-rumputan dan herba adalah Cyperaceae 264,95% dan Ipomea aquatic 210,32%. Jenis perdu yang dominan adalah Carica papaya 123,67%, Citrus microcarpa 106,68%, dan Areca catechu 89,93%. Sementara jenis pohon yang dominan adalah Ficus septica 300,00%, Mangifera indica 170,51%, Nephelium lappaceum 150,00%, Cocos nucifera 130,14%, Terminalia catappa 123,33%, dan Myristica fragans 120,86%. Habitat perkembangbiakan nyamuk sebagai vektor demam berdarah berada di wilayah pemukiman penduduk.
IbM KELOMPOK TANI HUTAN DI KECAMATAN TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA Jacob Kailola
JURNAL PengaMAS Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS KHAIRUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/pengamas.v1i2.901

Abstract

 Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halamehara Utara  ini dilakukan berdasarkan permasalahan dari kelompok mitra yakni; pengetahuan dan ketrampilan yang masih rendah berdampak terhadap masalah social ekonomi, maupun ekologi. Pengelolaan lahan yang belum optimal dan kondisi ekonomi yang masih rendah serta tidak ada pendampingan bagi kelompok.Tujuan dari kegiatan ini adalah: untuk meningkatkan  pengetahuan  dan  ketrampilan  kelompok mitra, mengoptimalkan  penggunaan lahan serta meningkatkan ekonomi. Kelompok mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah 2 kelompok tani hutan, yaitu kelompok Silva Lestari dan Tunas Baru.Metode yang digunakan adalah penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka metode yang dilakukan untuk memecahkan masalah adalah:1). Memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang system agrforestri sehingga kelompok   dapat mengerti tentang menerapkan system agroforestry untuk memanfaat tiap jengkal lahan dalam upaya meningkatkan pendapatan petani,  bentuksistem agroforestry yang akan dikembangkan adalah agrosilvopastur yakni tanaman kehutanan dikombinasikan dengan tanaman pertanian dan peternakan. Tanaman kehutanan berupa:  binuang, sengon, pala dikombinasikan dengan tanaman pertanian berupa: jagung, sawi, cabekeriting dan umbi-umbian sedangkan peternakan;sapi dan ayam kampung.2).Memberikan penyuluhan tentang peran dan manfaat hutan agar lingkungan atau ekologi tetap terjaga, fungsi secara langsung dan tidak langsung. 3). Pembuatan pupuk organic untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah. 4).Pelatihan kewirausahaan tentang pembuatan embal anekarasa dengan bahan bakutanaman ubi kayudll.5). Pelatihan tentang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan keluarga.Rencana kegiatan ini dilakukan selama delapan bulan.Evaluasi kegiatan dilakukan sepanjang pelaksanaan kegiatan,baiksebelum, selama kegiatan berlangsung dan sesudah.
Community Perceptions and Attitudes in Management of the Mount Hamiding Protected Forest in North Halmahera Regency Latupapua, Yosevita. Th.; Kailola, Jacob
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 16 No. 2 (2023): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v16i2.1858

Abstract

Mount Hamiding Protected Forest (HLGH) is administratively located in North Halmahera Regency and has a role in supporting living systems, regulating water management, preventing floods and seawater intrusion and increasing soil nutrients. The current condition of HLGH is experiencing damage due to human activities, namely forest encroachment, shifting cultivation and illegal logging. The research aims to determine community perceptions and attitudes in managing protected forests. This research was conducted in the HLGH area, taking place from July – November 2022. This research used a quantitative and descriptive qualitative approach. The parameters measured are community perceptions and attitudes in managing protected forests using a Likert scale. The results of the research show the perceptions and attitudes of the community in the six research locations, namely Roko village, perception value 26.95, attitude 11.97, Soakonora perception 27.36, attitude 11.87, Togawa perception 24.68, attitude 12.51, Mamuya Perception value is 26.78, attitude 11.47, Efi perception -Efi 27.18, attitude 12.17 and Wangongira perception 24.77, attitude 12.68. These findings illustrate that the perceived value in four villages is at a medium level, and two other villages are at a low level. The attitude of the six villages is in the medium category. This illustrates that people's perceptions and attitudes towards the existence, function and benefits of protected forests are still below standard. Thus, there is a need for outreach activities about the existence of protected forests and their functions and benefits to improve community perceptions and attitudes.
Stakeholder research in managing the Mount Hamiding Protected Forest in North Maluku Province Kailola, Jacob
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 1 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i1.2026

Abstract

Mount Hamiding Protected Forest in North Maluku Province has the potential with sufficient biodiversity available, However, management is not optimal so it needs to involve stakeholders The in forest management to achieve management goals, namely sustainable forests and prosperous communities. This research aims to identify and Identify parties involved in protected forest management. The methods employed are surveys and interviews. Data was assessed through stakeholder analysis. The research results show that the stakeholders involved in HLGH management cannot carry out their roles and functions optimally. Mapping stakeholders included in the key player position are KPH North Halmahera, BPDAS Akemalamo and North Maluku Forestry Service, subject positions are Bappeda North Halmahera Regency and Soakonora village. Crowd positions are Regional Stabilization and Environmental Management Center, Natural Resources Conservation Center, Food Crops and Horticulture Agriculture Service, North Halmahera Regency Tourism Office, Wahana Visi Indonesia Non-Governmental Organization, Halmahera University, Roko village, Togawa village, Wangongira village, Mamuya village and Efi-Efi. The position of context setter is North Maluku Province Bappeda, Social Forestry and Environmental Partnership Center. Contact between stakeholders is currently limited to coordination and communication; they don't have a cooperative relationship yet, Thus, it is required to create a cooperative partnership that fosters sustainable management of protected forests and increases the welfare of communities inhabiting the forest and its environs.
Kandungan Kadar Air (H2O) Dari Jenis Kayu Jati (Tectona grandis) Dan Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) Asal Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Kailola, Jacob; Simanjuntak, Radios; Punyia, Kornelius
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 12, No 2 (2019)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.311-316

Abstract

Pengetahuan yang terbatas tentang sifat fisika kayu (kadar air dan jenis berat), sementara kayu sangat potensial dengan berbagai jenis dan memiliki karakter dan vareabilitas beragam maka sangat perlu diteliti  sifat-sifat kayu, sehingga kita dapat mengetahui kemampuan kayu untuk penggunaannya menyangkut higrokofisitas (kemampuan) kayu menyerap dan menghilangkan air), kerapatan  sehingga penggunaannya bisa dimanfaatkan secara lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyerapan kadar air  pada pohon jati dan sengon asal Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Hasil penelitian ini diharapkan: 1). Dapat memberikan data dan informasi ilmiah tentang penyerapan kadar dari kayu keras dan kayu lunak kepada dunia akademik, komunitas, pemerintah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam pengelolaan. 2). Menjadi pedoman untuk menentukan jenis vegetasi yang memiliki tingkat penyerapan H2O yang tinggi untuk melakukan tindakan rehabilitasi di daerah yang sudah mengalami kerusakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar air pada kayu sengon bagian pangkal 38,485 %, tengah 36,412 % dan ujung 38,162 %. Pada kayu jati  nilai rata-rata pada bagian pangkal  56.406 %, tengah  58,463 % dan ujung 51,045 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa yang  memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan air yaitu jenis pohon dengan nilai sig sebesar 0,004 lebih kecil dibandingkan dengan α 0,05.
Assessment of the Welfare of Communities Managing the Mount Hamiding protected forest on Halmahera Island North Maluku, Indonesia Kailola, Jacob; Maatoke, Cornelia Dolfina
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 2 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i2.2355

Abstract

The Mount Hamiding protected forest is located in North Halmahera district, North Maluku Province, Indonesia, which has high biodiversity but has not been managed optimally. In general, the study shows that communities around forest areas have low incomes. However, actual data regarding community welfare at the location level is unavailable. This research aims to assess the level of community welfare and income distribution in protected forest management. The methods used in this research are descriptive qualitative, quantitative. Data collection was carried out through observation, interviews, and literature study. Analysis of the level of community welfare refers to Sayogjo and inequality is measured using the Lorenz curve. The welfare level variable is determined using non-parametric chi-square statistical analysis. The research results show that people still live below the poverty line, and the average per capita income is IDR 3,913,255/year, the Gini Ratio is 0.3 in the low category. Community characteristics: education, number of dependents, distance from house to forest, income, and length of residence have a significant effect on welfare. Meanwhile, age, occupation, and land area do not have a significant effect. To improve community welfare, multi-party collaboration is needed for training and community empowerment activities.
Nest Success of Semi-Natural Hatching Program for Moluccan Scrubfowl (Eulipoa wallacei) in Mamuya Village, North Halmahera Regency Boleu, Fiktor Imanuel; Simanjuntak, Radios; Tuny, Margaretha Tabita; Kailola, Jacob; Lewerissa, Ebedly; Ganna, Melisa Angela; Sudrajat, Tania Ayu; Maatoke, Cornelia Dolfina; Manik, Eppi
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 2 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i2.2377

Abstract

Protecting the nesting habitat of the Moluccan Scrubfowl (Eulipoa wallacei) is important to conserve the population of this endemic species in North Maluku. The success rate of semi-natural hatching nests of Moluccan Scrubfowl varies in each hatchery conservation location. This study aims to determine the nest success of semi-natural hatching program of Moluccan Scrubfowl in Mamuya Village, North Halmahera Regency. A field experiment approach was used to estimate nest success in semi-natural (in-situ) incubation treatments. Eggs used for the semi-natural hatching treatment were collected from landowner egg collecting activities at four Moluccan Scrubfowl nesting sites. In semi-natural hatching, each bird egg was placed in 60 cm of sand with a minimum distance of 10 cm between eggs (egg density adjusted to the number of eggs planted). A total of 116 Moluccan Scrubfowl eggs were planted over four planting periods and during the natural incubation period the eggs hatched producing 96 chicks. The nest success of the semi-natural hatching program for Moluccan Scrubfowl in Mamuya Village has a high success value of 0,835 (83,52%). This optimal success indicates that incubation in the chick embryo formation process is stable on the sand substrate. The mean incubation time interval for hatching eggs lasted 74 days (interval 72 - 76 days)