Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains
Vol 16, No 1 (2009)

MEMPERTAHANKAN PROFESIONALISME GURU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA

Achmad Lutfi, (Unknown)



Article Info

Publish Date
02 Jun 2009

Abstract

Abstrak: Hasil angket peserta continuing Education (2009) terhadap, 76 peserta guru SD Surabaya menunjukkan 85 % peserta menyatakan belum mengenal model pembelajaran inovatif. Guru yang sudah mengenal Model Pembelajaran Inovatif adalah guru muda dengan pengalaman  antara 1 – 5 tahun. Hanya 60 % guru peserta menyatakan sudah pernah mengikuti pelatihan pembelajaran pada 5 tahun terakhir namun sebagian besar (65 %) menyatakan tidak menerapkan setelah pelatihan dengan alasan tidak ada dorongan untuk menerapkan, tidak ada teman guru yang membantu, tidak ada dorongan dari kepala sekolah. Hasil angket terhadap 82 peserta PLPG Kimia tingkat SMA (2008) menyatakan materi diklat Model Pembelajaran Inovatif (MPI) sebagai materi diklat yang paling dirasakan banyak manfaatnya (79 %), demikian juga guru Kimia MA peserta diklat tahun 2008 menyatakan  urutan pertama sebagai materi yang banyak manfaatnya (82%)  dari 29 peserta. Hasil angket peserta pesertadiklat PLPG Kimia SMA (2009) sebanyak 86 % dari 52 peserta menyatakan materi Model Pembelajaran Inovatif sebagai materi yang paling disukai akan manfaatnya. Demikian juga peserta PLPG Kimia MA yang berjumlah 35 peserta menyatakan materi Model Pembelajaran Inovatif sebagai favorit  untuk diterapkan di tempat bekerja. Hasil wawancara dan angket terhadap anggota MGMP Kimia Kota Surabaya (2009) menunjukkan Model Pembelajaran Inovatif belum sepenuhnya bisa dilaksanakan bahkan sebagian besar guru (80%, dari 62 guru) menyatakan tidak melakukan bahkan tetap seperti semula dengan alasan sulit tanpa bantuan teman, atau dosen dan kecil dukungan dari kepala sekolah. Jumlah terlalu besar, menyebar, beban guru cukup berat dan dana terbatas. Guru terutup atas keterbatasannya. Alternatif:  LS berbasis sekolah atau LS berbasis sejumlah sekolah MGMP atau berbasis Wilayah disesuaikan kondisi daerah yang akan dibina. Tempat pelaksanan di mana saja, tidak terikat lokasi, bisa tanpa meninggalkan tugas, melibatkan teman sejawat, dan perlu komitmen pimpinan sekolah. Karakteristik LS, ada kolaborasi sesama guru, tidak mengganggu tugas guru, beaya relatif kecil, berlangsu terus menerus.

Copyrights © 2009