Selat Malaka selama ini menjadi jalur terpenting di dunia karena merupakan rute tercepat bagi kapal dari barat (westbound) ke timur (eastbound). Sehingga tiga negara di pesisir Selat Malaka (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) berlomba-lomba untuk mengambil keuntungan dengan menyediakan fasilitas pelayanan kapal yang melintas, seperti, pemanduan, bunkering, dan hub port. Namun pada tahun 2017 diberitakan bahwa akan dibangun Kra Canal yang akan menjadi alternatif jalur pelayaran Selat Malaka. Apabila dibangun maka akan terjadi perubahan rute yang mengakibatkan kapal tidak lagi melalui Selat Malaka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan Kra Canal terhadap industri kepelabuhanan di Indonesia dengan memperhatikan biaya transportasi laut kapal mainliner petikemas internasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata perubahan biaya per unit ($/TEUs) kapal mainliner internasional jika melalui Kra Canal (meningkat) sebesar 30,58%, 21,96%, dan 13,08% berturut-turut dibanding Tanjung Perak, Tanjung Priok, dan Belawan. Sedangkan throughput petikemas transhipment internasional pada masing-masing pelabuhan utama Indonesia terdampak tidak signifikan, yaitu hanya berpindah sebesar, Tanjung Perak 0,24%, Tanjung Priok 2,03%, dan Belawan 1,56%. Penurunan penggunaan fasilitas kepelabuhanan pada masing–masing pelabuhan direpresentasikan dalam pendapatan ($), yaitu, Tanjung Perak sebesar $ 129.592,72, Tanjung Priok sebesar $ 376.943,91, Belawan sebesar $ 344.731,75, dan Selat Malaka sebesar $ 8.163.226,68 untuk jasa pemanduan dan $ 110.338.169,02 untuk jasa bunkering.
Copyrights © 2019