Tulisan ini menjelaskan tentang gejolak sosial yang terjadi di daerah Bima pada masa Orde Baru. Gejolak sosial dalam bentuk gerakan protes massa berawal dari sikap dan kebijakan Letkol (Purn) Soeharmadji selama menjadi kepala Pemerintahan daerah tingkat II Bima. Sebagai perpanjangan tangan rezim Orde Baru, Letkol (Purn) Soeharmadji menjalankan politik hegemoni dan dominasi dengan cara intimidasi. Gejolak sosial ditandai dengan bersatunya elit-elit lokal dalam membangkitkan kesadaran massa. Para tokoh dari Donggo mulai menggerakan massa ‘menggugat’ rezim Soeharmadji yang cenderung represif dan diskriminatif di daerah Bima. Gerakan sosial dalam bentuk gerakan protes masyarakat memuncak pada tanggal 22 Juni 1972 muncul dari masyarakat kalangan bawah. Tampilnya masyarakat Donggo menggugat rezim Soeharmadji mengundang simpati dan antipati dari media massa, baik media lokal maupun media nasional. Aksi massa justru dituding oleh pemerintah sebagai tindakan makar. Tulisan ini bertujuan menjelaskan tentang gejolak sosial yang terjadi Bima sejak bersatunya elit-elit lokal dalam merancang strategi gerakan, dan menggelar aksi massa serta sorotan dari berbagai media baik lokal dan nasional. Metode yang digunakan yaitu metode penulisan sejarah (heuristik, kritik sumber (verifikasi), interpretasi dan historiografi). Metode penulisan berguna untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif demi mencapai kesimpulan yang utuh.
Copyrights © 2020