Tulisan ini memberikan kritik terhadap nalar yang sering menggunakan hadis-hadis shaḥīh sebagai dalil doktriner untuk sebuah kepentingan. Di antara yang sering dirujuk adalah hadis shahih yang ada dalam Saḥīh al-BukhÄri. Dalam urusan relasi antara laki-laki dan perempuan, misalnya. Kaum maskulin sering menggunakan hadis Saḥīh al-BukhÄri untuk melegitimasi segala tindakan laki-laki dalam memperlakukan perempuan, juga untuk memperkokoh posisi superioritas laki-laki atas perempuan. Dengan menggunakan hermeneutika kritis, saya mengajak pembaca untuk cerdas membaca hadis-hadis misoginis yang sudah diklaim shaḥīḥ, karena dibalik kesahihannya ternyata ada hal yang “didiamkanâ€, meliputi sisi sosio-historis, sisi relasi kekuasaan, sisi intertekstualitas, juga sisi struktural-linguistik. Sehingga hadis yang menyatakan perempuan memiliki kekurangan agama dan akal, di mana dalam tradisi Jawa diistilahkan sebagai “konco wingkingâ€, terbantahkan oleh fakta keterlibatan perempuan dalam banyak sektor publik. Keterlibatannya itu justru bukti bahwa mereka memiliki kemampuan akal yang mumpuni.
Copyrights © 2014