Permasalahan pendidikan di Indonesia terutama bidang pelajaran IPA sangat memprihatinkan. Hasil survei yang dilakukan oleh PISA dan TIMSS memberikan gambaran bahwa posisi peserta didik di Indonesia masih berada dalam rangking bawah dengan skor rata-rata yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan secara filosofis antara kurikulum Indonesia dengan kurikulum di Australia; (2) membandingkan konten pembelajaran IPA di Indonesia dan Australia dalam perspektif kurikulum; dan (3) membandingkan kendala pembelajaran IPA di Indonesia dan Australia dalam perspektif kurikulum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research). Teknik pengumpulan data memakai dokumentasi, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara filosofis, Kurikulum 2013 di Indonesia cenderung berbasis budaya dan agama, sedangkan kurikulum Australia cenderung mengembangkan cara berpikir dan intelektual; (2) konten materi pada Australian Curriculum: Science penekanannya pada ilmu bumi dan ruang angkasa, sedangkan Kurikulum 2013 pada sistem tubuh manusia; dan (3) kendala dalam pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013 adalah kurangnya konten sains, guru belum kompeten dalam membelajarkan sains integratif, hasil TIMSS dan PISA rendah, dan kurangnya literasi ilmiah, sedangkan pada Australian Curriculum: Science dimensi spiritual, moral, dan budaya belum dimasukkan. The problem of education in Indonesia, especially in science lessons, is very concerning. The results of the survey conducted by PISA and TIMSS show that students in Indonesia are still in the lower ranks with low average scores. This study aims to (1) philosophically compare the Indonesian Curriculum with the Australian Curriculum; (2) analyzing the content of science learning in Indonesia and Australia based on a curriculum perspective; and (3) comparing science learning problems based on a curriculum perspective. This research uses a qualitative approach through a literature study. The data collection technique used documentation, which was analyzed descriptively. The results show that (1) philosophically, the 2013 curriculum in Indonesia tends to be based on culture and religion, while the Australian Curriculum tends to develop a way of thinking and intellectuals; (2) the material contained in the Australian Curriculum focuses on earth and space sciences, while the Indonesian Curriculum is on the human body systems; and (3) the obstacles in learning science in the Indonesian Curriculum are the lack of science content, teachers mostly not yet competent in teaching integrated science, low TIMSS and PISA results, and a lack of scientific literacy, whereas in the Australian Curriculum the spiritual, moral, and cultural dimensions have not included.
Copyrights © 2020