Tabasa: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya
Vol 1, No 2 (2020)

SEMIOTIKA DALAM SYAIR AHO SEGALA KITA YANG BERNAMA INSAN KARYA HAMZAH FANSURI

Mutianingtyas, Imarafsah (Unknown)



Article Info

Publish Date
08 Mar 2021

Abstract

Abstract This study aims to reveal the meaning of the poetry Aho All We Called Insan by Hamzah Fansuri with a semiotic approach. The poem is included in Ruba’i Hamzah Fansuri. Hamzah Fansuri was known as a figure of Sufism scholars during his lifetime, which he later expressed his Sufi ideas with literature. He wrote many poems that contain elements of spirituality. The poems he wrote became the pioneers of classical Malay literature, namely at the end of the 16th century when the kingdom of Aceh Darussalam reached its heyday. Poem Aho All We Named People, from the title that calls Insan, which means human. It is said that humans as living things in the world always have a relationship with the Creator. This poem also reminds us that humans are turned on and will die at the appointed time by the Creator. Thus, the poem contains advice and guidance on how to become a civilized human being. So to achieve the objectives of the study, the poem will be examined and its significance revealed by the heuristic and hermeneutic reading method. This research is qualitative. The data source of this research is the poetry Aho All We Named People and references literature related to literature, semiotics, hermeneutics, and Sufism. The results of data analysis in this study are then presented in a descriptive narrative.Keywords: Hamzah Fansuri, Poetry, Semiotics  AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna syair Aho Segala Kita yang Bernama Insan karya Hamzah Fansuri dengan pendekatan semiotika. Syair tersebut termasuk dalam Ruba’i Hamzah Fansuri. Hamzah Fansuri dikenal sebagai tokoh ulama tasawuf semasa hidupnya, yang kemudian ia mengekspresikan gagasan tasawuf tersebut dengan bersastra. Ia menuliskan banyak syair yang mengandung unsur kerohanian. Syair-syair yang ditulisnya menjadi pelopor kesusastraan Melayu klasik, yaitu pada penghujung abad ke-16 ketika kerajaan Aceh Darussalam mencapai masa kejayaannya. Syair Aho Segala Kita yang Bernama Insan ini, dari judulnya yang menyebut Insan, yang artinya menusia. Dikisahkan bahwa manusia sebagai makhluk hidup di dunia selalu memiliki hubungan dengan Sang Pencipta. Syair ini juga mengingatkan bahwa manusia dihidupkan kemudian akan mati di waktu yang telah ditentukan Sang Pencipta. Dengan demikian, syair tersebut mengandung nasihat dan tuntunan bagaimana seharusnya menjadi manusia yang beradab. Maka untuk mencapai tujuan penelitian, syair tersebut akan diteliti dan diungkapkan maknanya dengan metode pembacaan secara heuristik dan hermenutik. Penelitian ini bersifat kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah syair Aho Segala Kita yang Bernama Insan dan refrensi kepustakaan yang berkaitan dengan sastra, semiotika, hermeneutika, dan tasawuf. Hasil analisis data dalam penelitian ini kemudian disajikan secara naratif deskriptif.Kata Kunci: Hamzah Fansuri, Syair, Semiotika

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

tabasa

Publisher

Subject

Education Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

Tabasa: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya memfasilitasi dan mendiseminasikan artikel ilmiah dari para akademikus, pengajar, dan pemerhati bahasa dan sastra Indonesia yang mencakup fokus dan bidang sebagai berikut : 1. Kebahasaan Indonesia dan pengembangannya 2. Kesastraan Indonesia ...