Suhuf
Vol 33, No 2 (2021): November

REKONSTRUKSI ETIKA EUDAIMONISME PERSPEKTIF AL- GHAZALI DAN SIDDHARTA GAUTAMA

Eriska Ismiagi (Unknown)
Imam Sukardi (Unknown)



Article Info

Publish Date
01 Oct 2021

Abstract

Artikel ini  bertujuan untuk  mendeskripsikan konsep Eudaimonisme sebagai  pandangan hidup manusia. Kebahagiaan merupakan hal yang esensial bagi kehidupan manusia. Kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau gembira sebagai aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut pengembangan seluruh aspek kemanusiaan suatu individu (aspek moral, sosial, emosional, rohani). Al-Ghazali dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Kimiya As-Sa‟adah menjelaskan tentang pengetahuan mengenai seluruh kehidupan ini melalui Ma‟rifatullah untuk mencapai kebahagiaan sejati. Siddharta Gautama tokoh berpengaruh agama Buddha juga membahas tentang pelepasan diri dari penderitaan (dukkha) menuju pencerahan (Nibbāna) dijelaskan dalam buku yang berjudul The Buddha‟s Way To Peace and Happiness yang ditulis oleh YM Chanmyay Sayādaw. Melalui studi kepustakaan, dengan pendekatan interpretasi dan deskriptif analitis. Konsep dari keduanya memberikan pemahaman baru masyarakat beragama saat ini. Bahwa baik dalam agama Islam maupun Buddha memandang etika merupakan inti dari ajaran agama, ada tuntutan bagi pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik kepada sesamanya. Islam memandang bahwa segala perbuatan manusia baik aktivitas individual maupun kolektif dianggap sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Sementara agama Buddha meyakini bahwa segala perbuatan baik manusia bermula dari adanya watak sejati yang  sudah  ada  dalam  diri  manusia  sebagai  kodratnya. Kedua  agama  tersebut  sama-sama berpandangan bahwa manusia itu sejatinya sama di  hadapan Tuhan, yang membedakannya adalah tingkat kebajikannya atau dalam Islam disebut ketaqwaannya.

Copyrights © 2021