Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana sebuah pondok pesantren mengembangkan kurikulum dengan baik, sehingga pesantren bisa bersaing dengan pendidikan umum yang tidak terintegrasi dengan pesantren atau pendidikan umum lainnya. Terutama penulis ingin mengetahui apakah kurikulum pesantren yang sekarang masih mengarahkan para santrinya kepada gerbang keilmuan agama yang mendalam atau malah sebaliknya hanya sebuah nama saja. Dengan menggunakan metode komparatif kualitatif melalui observasi lapangan penelitian ini menghasilkan berbagai kesimpulan. Dimana penulis menelaah dua pesantren yang berbeda dalam pengelolaannya dan ciri khasnya. Yang pertama pesantren Al-Idhhar Tasikmalaya yang ciri khasnya adalah pesantren salafi (yang khusus mengkaji kitab-kitab klasik/kitab kuning) dan yang kedua pesantren Darul Arqom yang mengikuti pendidikan formal dan pembelajarannya sudah modern. Kesimpulan dari penelitian ini, implementasi kurikulum pesantren Al-Idhhar masih menggunakan sistem tradisional dengan sistem pembelajaran melogat, naqrir, ngerab, narkib, ngasalken, bendongan dan wetonan. Media pembelajarannya adalah kitab kuning saja. Berbeda dengan pesantren Darul Arqom, implementasi kurikulumnya sudah modern dengan sistem pembelajaran yang terintegrasi, antara pelajaran pesantren dan sekolah. Kurikulumnya sudah terstruktur dengan baik, dengan sistem boarding school. Media pembelajarannya adalah dari buku-buku, media internet, aplikasi dan kitab kuning Kata kunci: Pesantren salafi, pesantren modern, kurikulum, dan kitab kuning
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020