INTISARIMacapat secara umum didefinisikan sebagai karya sastra Jawa Baru yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dan memiliki aturan persajakan yang baku. Berdasarkan catatan sejarah, tercipta dari unsur budaya Islam, Hindu, dan kepercayaan Jawa (kejawen), secara implisit mengandung nilai spiritualitas dari beberapa unsur budaya religi tersebut karya sastra ini cukup populer bagi masyarakat Jawa berfungsi untuk berbagai kepentingan mulai praktik artistik, keagamaan, sosial, pendidikan, dan sebagainya.Seiring berjalannya waktu, tembang macapat dihadirkan dalam bentuk sajian budaya musik populer. Kelompok musik Mantradisi menghadirkan bentuk kreativitas penyajian tembang macapat menggunakan media musik populer dan teknologi audio-visual effect. Kehadiran Mantradisi menghadirkan bentuk baru dalam penyajian macapat, dari musik tradisional menjadi musik populer. Transformasi bentuk musikal tersebut memberikan perubahan dalam penilaian estetika dan spiritualitas.Perubahan bentuk wahana dari macapat menjadi pertunjukan Goro-goro Diponegoro menghadirkan perubahan bentuk musikal yaitu komposisi, tangga nada, dan non-musikal seperti performativitas dan estetika. Pertunjukan Goro-goro Diponegoro juga menghadirkan bentuk praktik spiritualitas bagi para pemainnya. Keterkaitan antara macapat dan pertunjukan Goro-goro Diponegoro sebagai media praktik spiritual memberikan kesimpulan bahwa sifat sakral dan profan dalam pertunjukan Goro-goro Diponegoro telah melebur menjadi spiritualitas.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewacanakan berbagai perspektif keilmuan. Analisis tekstual penelitian ini menggunakan wacana kreativitas, estetika, alih wahana, performativitas sedangkan Analisis kontekstual spiritualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kreativitas yang terdapat pada pertunjukan Goro-goro Diponegoro dan mencari relasi antara seni dengan agama.
Copyrights © 2019