Bakdo Nyepi secara umum adalah tradisi saling kunjung mengunjungi antar umat beragama. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali dua hari setelah umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian. Bakdo Nyepi yang dilakukan oleh masyarakat berlangsung selama tiga hari. Pola kerukunan antar umat beragama dalam Bakdo Nyepi terlihat dari persiapan pelaksanaan, berupa gotong royong pembersihan jalan, serta pemasangan umbul-umbul. Bentuk kerukunan yang lain, dalam kegiatan mengunjungi rumah warga, masyarakat tidak berjalan sendiri, namun bersama sama sehingga tampak rasa kebersamaan diantara pelaku Bakdo Nyepi. Pada intinya masyarakat yang ada memiliki satu pandangan untuk menciptakan kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan falsafah Jawa Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah. Dengan melihat bentuk dan pola kerukunan yang ada, maka dalam pelaksanaan Bakdo Nyepi terkandung nilai kearifan lokal, yaitu, Tepo Seliro, Asih Ing Sesami, Tuna Satak Bathi Sanak, serta Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah. Kehadiran Bakdo Nyepi dalam masyarakat Dukuh Munggur memberikan Efek terhadap masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Efek yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat ada dua bidang yaitu Efek ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Efek bidang ekonomi, pada umumnya masyarakat pengusaha roti, tenaga kerja, serta pedagang pakaian. Secara finansial omset pengusaha dan pedagang bertambah karena pesanan dan penjualan yang meningkat. Sedangkan bagi pekerja diberikan sekedar tunjangan dan untuk pengusaha kue sering diadakan kerja lembur karena pesanan yang berlipat. Bidang sosial kemasyarakatan meliputi meningkatnya kesadaran masyarakat akan kegotongroyongan. Selain dua bidang tersebut terlihat kesadaran anak untuk menghormati orang tua dengan membantu meringankan pekerjaan semakin dirasakan oleh orang tua.
Copyrights © 2021