Permasalahan ketidakadilan gender bisa ditemukan dalam beragam hal dalam keseharian, salah satunya adalah toilet. Di berbagai tempat hiburan maupun ruang publik lain seperti sekolah dan stasiun, jumlah toilet untuk perempuan bisa dibilang kurang memadai. Universitas Malikussaleh melalui proyek AKSI ADB membangun 7 gedung Fakultas masing-masing 2 lantai dengan penempatan Toilet yang sudah memasukkan unsur gender didalamnya. Permasalahan toilet perempuanĀ ini tidak lepas dari pandangan yang responsive gender yang saat ini sedang marak di masyarakat, termasuk di kalangan ilmuwan dan akademisi. Dalam tahap awal, pandangan ini mengesampingkan fakta biologis bahwa perempuan mempunyai kebutuhan unik sehubungan dengan pengalaman mandi dan bersih menstruasi mereka. Pengalaman ini sangat berpengaruh terhadap waktu yang perempuan habiskan di toilet. Sebuah studi dari Science Daily tahun 2017 pernah menyebutkan, perempuan menghabiskan 50 persen waktu lebih lama dari laki-laki di toilet. Hal ini bisa ditambah faktor sedikitnya jumlah bilik toilet sehingga perempuan mesti mengantre lebih lama di sana. Melalui Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 48 tahun 2016 tentang standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran, Universitas Malikussaleh membangun Toilet yang responsive gender dengan rasio perbandingan toilet 1:25 untuk perempuan dan 1:40 untuk laki-laki yang ada di dalamnya.Keywords: Gender, Rasio Toilet, Responsive
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022