Potensi terapi kombinasi Liver Growth Factor (LGF) dan Adrenomedullin (ADM) sebagai harapan baru penatalaksanaan Azoospermia Non-Obstruktif (ANO): tinjauan pustaka

Ni Made Dian Hartaningsih (Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia)
I Putu Yuda Prabawa (Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia)
Benediktus Bosman Ariesta Gusti Putu (Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia)
Dwijo Anargha Sindhughosa (Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia)
Ida Bagus Amertha Putra Manuaba (Departemen Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia)
I Gusti Ngurah Pramesemara (Departemen Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia)

ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran
Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)

Non-Obstructive Azoospermia (NOA) is caused by the failure of spermatogenesis process. This case becomes the highest prevalence, 95% of the total azoospermia. Therapeutic modalities in use today such as invasive techniques, hormonal therapy, and gene therapy are less effective in the treatment of azoospermia. In addition, the overall therapeutic modalities also have serious side effects such as infection, testicular atrophy, nerve damage and other side effects. Referring to the problems above, non-obstructive azoospermia is an urgent health issue and requires effective and efficient management with minimal side effects, as the combination of Liver Growth Factor (LGF) and Adrenomedullin (ADM). LGF is able to regenerate spermatogenesis after spermatogonia testicular stem cell damage. LGF also works specifically by stimulating germinal cells without changes in somatic cells. The motility of reactivation could be improved by combining the ADM into therapy, which bind to specific receptors, and the result of increasing the cAMP / PKA and NO that are important in the regulation of cilia’s movement. Combination LGF and ADM are potential to create new therapeutic candidates in the management of non-obstructive azoospermia, which can be immediately implemented as effective and efficient therapy. Azoospermia Non-Obstruktif (ANO) adalah azoospermia yang disebabkan kegagalan proses spermatogenesis dan merupakan kasus dengan prevalensi tertinggi (95% dari total azoospermia). Modalitas terapi yang digunakan sampai saat ini seperti teknik invasif, terapi hormonal, dan terapi gen terbukti belum efektif dalam tatalaksana azoospermia. Selain itu, keseluruhan modalitas terapi ini juga memiliki efek samping serius yang perlu diwaspadai seperti infeksi, testis atropi, kerusakan saraf, serta efek samping lainnya. Merujuk pada permasalahan diatas, azoospermia non-obstruktif merupakan masalah kesehatan yang mendesak dan membutuhkan tatalaksana yang efektif dan efisien dengan efek samping yang minimal seperti dengan kombinasi terapi LGF dan ADM. LGF mampu meregenerasi testis dan mereaktivasi spermatogenesis setelah kerusakan sel punca spermatogonia. LGF juga bekerja secara spesifik dengan menstimulasi sel-sel germinal tanpa menyebabkan perubahan pada sel-sel somatis. Motilitas sperma hasil reaktivasi spermatogenesis kemudian ditingkatkan dengan mengkombinasikan ADM kedalam terapi dimana berikatan pada reseptor-reseptor spesifik sehingga berefek pada peningkatan cAMP/PKA dan NO yang penting dalam pengaturan kibasan flagella. Perpaduan antara terapi LGF dan ADM ini sangat berpotensi menciptakan kandidat terapi baru dalam penatalaksanaan NOA yang efektif dan efisien.