Kekurangan zat besi dapat menimbulkan penyakit defisiensi yang di sebut anemia gizi besi. Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sumber zat besi, baik dari makanan yang bersumber dari hewani maupun yang bersumber dari nabati. Pada belut segar mengandung 20 mg/100 g zat besi. Kandungan zat besi pada belut lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi pada telur dan daging. Maka dari itu, kebutuhan tubuh terhadap zat besi rata-rata 12-18 mg per hari. Pengolahan dengan panas secara umum mengakibatkan kehilangan beberapa zat gizi terutama zat yang bersifat labil. Proses pemanasan dapat mendegradasi heme sehingga bioavailabilitas heme iron akan menjadi rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar zat besi pada belut yang dipanggang dengan belut yang dikukus dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (AAS) pada panjang gelombang 305,91 nm. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian Pre eksperimental. Sampel penelitian adalah belut yang dipanggang dan dikukus. Belut yang dipanggang dan dikukus dibuat dengan cara diabukan dalam muffle purnace pada suhu 650°C selama 4 jam kemudian dilarutkan dengan 10 Ml HNO3, didinginkan kemudian dimsukkan kedalam labu takar 50mL sampai tanda batas. Dilakukan pembacaan pada Spektopotometri Serapan Atom dengan tiga replikasi. Hasil pengukuran kadar zat besi pada belut dalam bentuk larutan yang telah diubah menjadi satuan mg/kg. Dimana kadar Fe pada belut yang dipanggang lebih tinggi di banding belut yang dikukus dengan kadar rata-rata 66,475 mg/kg dan 22,57 mg/kg
Copyrights © 2020