Rizki Nugrahani
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kepatuhan Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2017 Andy Susbandiyah Ifada; Deswati Ilahillaili Sarkiyah; Rizki Nugrahani
JIKF Vol 5 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.363 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v5i2.552

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah melebihi batas normal sebagai akibat dari kelainan sekresi insulin, berkurangnya sensitivitas reseptor insulin, maupun keduanya. Diabetes Mellitus dibagi menjadi 3 yaitu diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, dan diabetes gestasional. Prevalensi DM di dunia terus mengalami peningkatan dan diperkirakan jumlah pasien akan terus bertambah. Diabetes Mellitus yang tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan terjadinya komplikasi sehingga sangat diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi farmakologi dan non farmakologi. Untuk mengetahui kepatuhan terapi farmakologi dan non farmakologi pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di Puskesmas Tanjung Karang, Kota Mataram. Metodologi penelitian menggunakan deskriftif, di mana pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Non Random Sampling (Non Probability), yaitu dengan teknik Purposive Sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 49 responden. Didapatkan dari 49 responden yaitu 26 responden (53%) yang patuh menjalankan terapi farmakologi sedangkan 23 responden (47%) tidak patuh menjalankan terapi farmakologi. Kepatuhan yang tertinggi ada pada ketepatan dosis. Hasil kepatuhan terapi non farmakologi diperoleh sebanyak 7 responden (14,2%) yang patuh sedangkan 42 responden (85,7%) yang tidak patuh menjalankan terapi non farmakologi. Ketidakpatuhan yang paling tinggi ada berkaitan dengan jadwal makan. Dalam hal kepatuhan terapi farmakologi didominasi oleh responden yang patuh, sedangkan kepatuhan terapi non farmakologi didominasi responden yang tidak patuh.
Profil Kromatografi Lapis Tipis Ektsrak Daun Okra (Abelmoschusesculetns (L) Moenh) Yang Dihasilkan Dari Maserasi Secara Bertingkat Dan Maserasi Tidak Bertingkat Rizki Nugrahani; Andy Susbandiyah Ifada; Marzuki Nyakmat
JIKF Vol 6 No 1 (2018): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.428 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v6i1.557

Abstract

Tanaman Okra (Abelmoschusesculetns (L) Moenh) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia., Tanaman Okra (Abelmoschusesculentus(L.)Moench) yang berasal dari family Malvaceae mempunyai efek terapeutik sebagai antidiabetes Kandungan kimiadari okra (Abelmoschusesculentus (L.) Moench) diantaranya adalah 67,50 % α-selulosa dan 15,40 % hemiselulosa, Banyak manfaat tanaman okra (Abelmoschusesculetns (L) Moenh). Tanaman ini memiliki banyak manfaat karena mengandung komponen metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan lain-lain. Daun okra banyak mengandung alkaloid,terpenoid, flavonoid. Senyawa yang terdapat pada daun okra dapat ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan dan etanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil Kromatograpi Lapis Tipis (KLT) ekstrak daun okra (Abelmoschus esculetns (L) Moenh) dengan metode maserasi bertingkat dan maserasi tidak bertingkat. Penelitian ini bersifat pre eksperimental menggunakan metode maserasi secara bertingkat dan tidak bertingkat untuk menghasilkan ektrak daun Okra kemudian dilakukan identifikasi senyawa metabolit yang terkandung dengan Kromatografi lafis tipis (KLT). Data yang di peroleh berupa profil kromatografi dan nilai Rf senyawa metabolite sekunder yang terkandung pada setiap ekstrak dari kedua metode maserasi yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil kromatografi ekstrak daun okra yang di maserasi secara bertingkat dan tidak bertingkat masing masing menunjukkan dua bercak / spot pada lempeng KLT di mana kedua bercak memiliki Rf yang sama yaitu bercak 1 memiliki Rf 0,98 dan yang ke bercak dua nilai Rfnya 0,8. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan profil kromatografi dari ekstrak daun okra yang dihasilkan dari dua metode maserasi yang digunakan baik maserasi secara bertingkat maupun yang tidak bertingkat.
Eksudat Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta Jamaicensis (L) Vahl) Sebagai Alternative Obat Penyembuh Luka Rizki Nugrahani; Dahlia Andayani; Dedy Wirawan Sukmanadi
JIKF Vol 7 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.724 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v7i1.570

Abstract

Masyarakat menggunakan tanaman pecut kuda sebagai obat luka dengan cara yang masih tradisional yaitu dengan cara daunnya dikunyahkunyah atau ditumbuk sampai agak halus kemudian ditempelkan pada bagian yang luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas eksudat daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L) Vahl) terhadap penyembuhan luka sayat pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Metode penelitian yang digunakan adalah metode true eksperimental yang merupakan pengelompokan anggota kelompok lain dan kelompok eksperimen atau perlakuan, dengan rancangan penelitian posttest control only design, yaitu rancangan eksperimen sungguhan, hanya saja bedanya tidak diadakannya pretest. Digunakan 5 ekor kelinci sebagai hewan uji, hewan uji kontrol negatif diberikan aquadest, hewan uji kontrol positif diberikan propidone iodine, dan hewan uji kelompok perlakuan eksudat daun pecut kuda volume pemberian 0,1 ml, 0,3 ml, dan 0,5 ml. Hasil pengamatan menunjukkan kelompok perlakuan yang diberikan eksudat daun pecut kuda volume 0,5 ml dan kontrol positif sembuh, pada hari ke-12, kelompok perlakuan dengan eksudat daun pecut kuda volume 0,1 ml dan volume 0,3 ml sembuh pada hari ke-13, kemudian kontrol negatif sembuh pada hari ke-15. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah eksudat daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L) Vahl) memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka sayat yang hampir sama dengan providone iodine pada hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus).
Perbedaan Kadar Zat Besi (Fe) Pada Belut Yang Dipanggang Dengan Belut Yang Dikukus Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom Ade Irma Fitria Ningsih; Rizki Nugrahani; Novia Kharisma H.; Novia Rizki W.
JIKF Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jikf.v8i2.1104

Abstract

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan penyakit defisiensi yang di sebut anemia gizi besi. Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sumber zat besi, baik dari makanan yang bersumber dari hewani maupun yang bersumber dari nabati. Pada belut segar mengandung 20 mg/100 g zat besi. Kandungan zat besi pada belut lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi pada telur dan daging. Maka dari itu, kebutuhan tubuh terhadap zat besi rata-rata 12-18 mg per hari. Pengolahan dengan panas secara umum mengakibatkan kehilangan beberapa zat gizi terutama zat yang bersifat labil. Proses pemanasan dapat mendegradasi heme sehingga bioavailabilitas heme iron akan menjadi rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar zat besi pada belut yang dipanggang dengan belut yang dikukus dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (AAS) pada panjang gelombang 305,91 nm. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian Pre eksperimental. Sampel penelitian adalah belut yang dipanggang dan dikukus. Belut yang dipanggang dan dikukus dibuat dengan cara diabukan dalam muffle purnace pada suhu 650°C selama 4 jam kemudian dilarutkan dengan 10 Ml HNO3, didinginkan kemudian dimsukkan kedalam labu takar 50mL sampai tanda batas. Dilakukan pembacaan pada Spektopotometri Serapan Atom dengan tiga replikasi. Hasil pengukuran kadar zat besi pada belut dalam bentuk larutan yang telah diubah menjadi satuan mg/kg. Dimana kadar Fe pada belut yang dipanggang lebih tinggi di banding belut yang dikukus dengan kadar rata-rata 66,475 mg/kg dan 22,57 mg/kg
Perbandingan Kadar Alkaloid Total Pada Eksudat, Infusa Dan Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Rizki Nugrahani; Intan Nurani Ikhsan; Dahlia Andayani
JIKF Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jikf.v8i2.1107

Abstract

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman buah yang sangat mudah ditemukan karena mudah dibudidayakan. bagian dari tanaman pepaya khususnya bagian daunnya memiliki manfaat tersendiri untuk pengobatan. Manfaat daun papaya salah satunya dapat mengobati penyakit malaria. Dau pepanya mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid yang mampu menghambat pertumbuhan Plasmodium sp yang merupakan genus protozoa parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria. Penelitian ini bertuajuan untuk mengetahui kadar alkaloid total pada eksudat, rebusan dan ekstrak etanol pada daun pepaya (Carica papaya L.) dan dapat mengetahui pengaruh pengolahan sampel yang berbeda terhadap kadar alkaloid total yang diperoleh. Pengujian kadar alkaloid total pada penelitian ini menggunakan metode gravimetri. Kadar alkaloid pada sampel daun papaya di ukur dari tiga jenis sampel proses dengan cara di maserasi sehingga mengasilakan ekstrak kental, dip eras untuk memperolah eksudat dan di buat dalam benuk cairan infusa . Masing-masing sampel untuk setiap perlakuan diuji sebanyak 5 gram dengan replikasi 3 kali untuk setiap sampel. Perhitungan kadar alkaloid total dihutung menggunakan rumus gravimetrik yaitu dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus gravimetri dimana data yang didapatkan berupa bobot konstan . Hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar alkaloid total eksudat adalah 8,273% (8,273 g/5 g), rebusan sebanyak 4,38% (4,38 g/5 g) dan ekstrak etanol yaitu 26,115% (26,115 g/5 g). kesimpulan yang diperolah dalam penelitian ini bahwa jenis sampel yang berbeda mempengaruhi hasil kadar alkaloid total yang dihasilkan.