Ade Irma Fitria Ningsih
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Formulasi Sediaan Sabun Padat Dari Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Ade Irma Fitria Ningsih; Ika Andhyka; M. Rasyid
JIKF Vol 5 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.089 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v5i2.548

Abstract

Sabun tidak hanya sebatas sebagai kosmetika saja, tetapi telah berkembang memnjadi produk kesehatan yaitu sabun yang mengandung zat anti inflamasi. Salah satu tanaman yang mengadung efek anti inflamasi adalah kelor. Konsumen beranggapan sabun dengan busa yang melimpah mempunyai kemampuan membersihkan kotoran yang baik. Busa yang melimpah dapat diperoleh dari penggunaan foaming agent, yaitu surfaktan. Pembuatan formulasi sabun ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sabun dari ekstrak etanol daun kelor dapat memenuhi karakteristik sifat fisik sabun. Sabun ekstrak etanol daun kelor dibuat menjadi empat formulasi yaitu formulasi I: 20 gram minyak kelapa dan 0,1% ekstrak etanol daun kelor, formulasi II: 20 gram minyak kelapa dan 0,2% ekstrak etanol daun kelor, formulasi III: 40 gram minyak kelapa dan 0,1% ekstrak etanol daun kelor, formulasi IV: 40 gram minyak kelapa dan 0,2% ekstrak etanol daun kelor. Metode yang digunakan dalam membuat ekstrak adalah metode masersi. Evaluasi pada sediaan meliputi uji pH, uji organoleptis dan uji daya busa yang dilakukan selam 6 hari. Hasil pH rata-rata dari formulasi I, II, III dan IV berturut-turut yaitu 10,6 : 10,3: 10,1 : 10,0. Hasil rata-rata daya busa dari formulasi I, II, III dan IV berturut-turut yaitu 10,8 : 15,1 : 18,1 : 19,6. Hasil uji kekerasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penambahan minyak kelapa maka akan menghasilkan sabun yang lunak. Hasil uji warna dapat disimpulkan bahwa semakin banyak ditambahkan ekstrak daun kelor maka warna sabun akan semakin coklat.
Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Emulsi Minyak Ikan Dengan Menggunakan Serbuk Biji Durian (Durio Zibethinus L.) Lokal Sebagai Emulgator Ade Irma Fitria Ningsih; Khairil Pahmi; Khaerudin Khaerudin
JIKF Vol 6 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.3 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v6i2.562

Abstract

Sediaan emulsi merupakan suatu campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur, sehingga untuk mencampurkan kedua fase ini diperlukan zat pengemulsi (emulsifying agent) atau emulgator. Durian merupakan buah musiman yang paling popular di negara–negara Asia Tenggara. Hanya sepertiga dari buah durian bisa dimakan, sedangkan biji (20% - 25%) sebagian besar dibuang setelah dikonsumsi. Padahal setelah diteliti biji durian mengandung karbohidrat 43,6 gram – 46,2 gram tiap 100 gram biji yang diubah menjadi glukosa. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana kemampuan serbuk biji durian lokal sebagai emulgator dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 8 % dan untuk mengetahui bagaimana mutu dan kesetabilan sediaan emulsi minyak ikan dengan menggunakan emulgator serbuk biji durian lokal. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat true eksperiment (eksperiment sesungguhnya). Hasil penelitian ini menunjukkan pada pengujian organoleptis, formulasi dengan konsentrasi 8%, 4%, dan 2% efektif sebagai emulgator pada sediaan emulsi minyak ikan, pada pengujian tipe emulsi, kelima formulasi menunjukkan tipe minyak dalam air (M/A) atau Oil In Water (O/W), Pada pengujian berat jenis, formulasi 8% dan 4 efektif sebagai emulgator pada sediaan emulsi minyak ikan. Sedangkan untuk formulasi 2% kurang efektif sebagai emulgator pada sediaan emulsi minyak ikan, Pada pengujian viskositas, formulasi 8% efektif sebagai emulgator pada sediaan emulsi minyak ikan sedangkan pada formulasi 4% dan 2% kurang efektif sebagai emulgator pada sediaan emulsi minyak ikan serta pada pengujian pH menunjukkan bahwa formulasi dengan konsentrasi 8% dan 4% efektif sebagai emulgator, Sedangkan emulsi dengan konsentrasi 2% kurang efektif sebagai emulgator pada sediaan emulsi minyak ikan.
Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Etanol 95% Bonggol Pohon Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.) Dengan Basis Carbopol 940 Aulia Ul Hafizah; Ade Irma Fitria Ningsih; Siti Nadrianti Hofiani
JIKF Vol 7 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.892 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v7i1.568

Abstract

Bonggol pohon pisang kepok (Musa paradisiacal L.) mengandung senyawa fenol yang berkhasiat sebagai antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan gel dari ekstrak bonggol pisang kepok (Musa Paradisiaca L.) dengan konsentrasi 5% dan 10% menggunakan carbopol 940 yang dapat digunakan sebagai antiseptik tangan yang memiliki sifat fisik yang baik. Metode penelitian adalah eksperimental dengan sampel ekstrak etanol bonggol pisang kepok (Musa Paradisiaca L.). Bonggol pisang kepok diperoleh dari desa Banyumulek, Kecamatan Kediri. Ekstrak bonggol pisang kapok didapat dengan penyarian menggunakan etanol 95%. Formula sediaan gel dibuat dengan basis Carbopol 940 dengan kadar ekstrak 5% dan 10%. Hasil uji sifat fisik menunjukkan bahwa sediaan gel berwarna cokelat dan jernih, homogen, daya sebar yang bervariasi memenuhi setandar kecuali pada kontrol negatif dengan nilai 19,67 dan pH yang bervariasi yang memenuhi standar. Hasil uji daya antiseptik menunjukkan bahwa pada sediaan gel dengan kadar ekstrak 10% dengan nilai 9,58 memiliki daya antiseptik yang sama dengan kontrol positif yaitu etanol 95% dengan nilai 9,58. Sediaan gel dengan kadar ekstrak 5% dengan nilai 11,17 memili daya antiseptik yang lebih rendah dari konsentrasi 10%. Dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak etanol bonggol pohon pisang kepok (Musa paradisiaca L.) ini dapat digunakan sebagai antiseptik tangan dan memiliki sifat fisik yang baik.
Aktivitas Ekstrak Etanol (70%) Kulit Pohon Petai Cina (Leucaena leucocephala) Sebagai Analgetik Pada Mencit Putih Jantan (Mus Musculus) Ade Irma Fitria Ningsih; Dahlia Andayani; Novaldi R. Abdullah
JIKF Vol 7 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.905 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v7i1.574

Abstract

Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Manfaat tanaman petai cina yang sudah diketahui oleh masyarakat antara lain sebagai obat cacingan, luka baru dan bengkak. Penggunaan daun petai cina di masyarakat untuk obat bengkak biasanya digunakan daun petai cina yang masih segar. Sedangkan dari hasil isolasi yang dilakukan di dapatkan hasil identifikasi adanya senyawa golongan flavonoida yaitu flavon, flavonoid berkhasiat sebagai analgetik yang mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim siklooksigenase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas daya analgetik ekstrak etanol kulit pohon petai cina (Leucaena leucocephala) pada mencit putih jantan (Mus musculus). Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, dengan metode Post Test Only Controlled Group Design. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing perlakuan 5 ekor mencit. Kelompok I (pemberian aquadest kontrol negative), Kelompok II (pemberian asam mefenamat sebagai kontrol positif), Kelompok III-V (pemberian ekstrak etanol kulit pohon petai cina konsentrasi 50%, 75% dan 100%). Induktor nyeri yaitu asam asetat 1%. Diamati jumlah geliat mencit tiap 10 menit selama 140 menit dan dihitung persen analgetik. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini memiliki khasiat sebagai analgetik dengan daya analgetik konsentrasi I (50%): 51,23%, konsentrasi II (75%): 59,09%, dan konsentrasi III (100%): 63,94%.
Studi Preklinik : Efek Kombinasi Madu Dan Serbuk Biji Gorek (Caesalpinia Crista) Terhadap Kadar Glukosa Darah Andy Susbandiyah Ifada; Ade Irma Fitria Ningsih; Dahlia Andayani
JIKF Vol 7 No 2 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.413 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v7i2.586

Abstract

Kebutuhan akan sumber energi (karbohidrat) bagi penderita diabetes mellitus (DM) mengarahkan pada pemanfaatan madu yang kaya akan gula-gula fruktosa dan glukosa sebagai alternatif sumber karbohidrat sehingga pasien DM dapat mengurangi asupan gula dari sumber lain sekaligus menghindarkan pasien dari penggunaan bahan pemanis buatan. Pemberian bersama dengan serbuk biji gorek (Caesalpinia crista) yang diketahui dapat menurunkan kadar glukosa darah diharapkan dapat mengontrol kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus. Madu yang digunakan adalah madu hitam yang berasal dari daerah Lombok Tengah. Pengujian mutu madu menunjukkan hasil madu hitam mengandung kadar air 14,83%, keasaman 65,38 ml NaOH/kg dan gula pereduksi 73,18%. Tes toleransi glukosa oral pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diberi bahan uji kombinasi madu dan biji gorek menunjukkan hasil kadar glukosa darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya (151,75 mg/dL). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan madu bersama dengan serbuk biji gorek tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah, namun madu merupakan bahan alam yang potensial dalam menjaga kadar glukosa sehingga mampu mencegah terjadinya hipoglikemia pada pasien Diabetes Mellitus.
Uji Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Biji Kelengkeng (Euphoria Longan) Terhadap Luka Bakar Pada Punggung Kelinci Putih Jantan. Ade Irma Fitria Ningsih; Hardiono Adisaputra; Novia Aqsa
JIKF Vol 9 No 2 (2021): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.469 KB) | DOI: 10.51673/jikf.v9i2.877

Abstract

Pengobatan tradisional merupakan salah satu cara yang aman untuk mengobati luka bakar. Salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan luka bakar yaitu biji kelengkeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas gel ekstrak biji kelengkeng terhadap luka bakar pada kulit punggung kelinci putih jantan dengan konsentrasi ekstrak 5%, 10%, 15% dan sediaan tanpa ekstrak (control negatif). Sediaan gel yang diperoleh di uji efektivitasnya dalam penutupan diameter luka bakar pada kulit punggung kelinci putih jantan. Data yang diperoleh ditentukan nilai AUC kemudian dianalisis statistic dengan SPSS versi 16 menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas penutupan diameter luka bakar yang paling cepat yaitu gel ekstrak 10%. Berdasarkan hasil statistik perlakuan gel ekstrak 10% berbeda bermakna dengan control negatif (p<0,05) dan tidak berbeda bermakna dengan perlakuan control positif bioplacenton (p>0,05).
Uji Sifat Fisik Sediaan Tablet Dari Ekstrak Etanol Biji Gorek (Caesalpinia Bonducella) Sebagai Obat Diabetes Melitus Dengan Menggunakan Metode Granulasi Basah Ade Irma Fitria Ningsih; Ni Made Dwi Astuti
JIKF Vol 10 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Kesahatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jikf.v10i1.1088

Abstract

Biji gorek (Caesalpinia bonducella) merupakan salah satu jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang terkandung pada biji gorek. Senyawa flavonoid dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat digunakan dalam pengobatan diabetes. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat granul dari ekstrak etanol biji gorek (Caesalpinia bonducella) dengan menggunakan Na CMC sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 4%. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan sampel ekstrak etanol biji gorek (Caesalpinia bonducella) dimana biji gorek diperoleh dari desa Loloan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Pembuatan granul pada penelitian ini menggunakan metode granulasi basah. Evaluasi yang dilakukan terhadap granul ekstrak biji gorek meliputi uji waktu alir, sudut diam, pengetapan dan kadar air. Hasil uji waktu alir yang diperoleh dari ketiga formula granul ekstrak biji gorek yaitu FI dan FII tidak mengalir, FIII 35,5 detik. Hasil uji sudut diam FIII 9,630. Hasil uji pengetapan FI 4,23, FII 3,3, FIII 2,93. Hasil uji kadar air FI 22%, FII 19%, FII 20,8%. Dapat disimpulkan bahwa tiga formula granul ekstrak biji gorek tidak memenuhi nilai standar uji sifat fisik granul, sehingga ketiga formula granul dari ekstrak biji gorek ini tidak dapat dicetak menjadi tablet.
Perbedaan Kadar Zat Besi (Fe) Pada Belut Yang Dipanggang Dengan Belut Yang Dikukus Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom Ade Irma Fitria Ningsih; Rizki Nugrahani; Novia Kharisma H.; Novia Rizki W.
JIKF Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jikf.v8i2.1104

Abstract

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan penyakit defisiensi yang di sebut anemia gizi besi. Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sumber zat besi, baik dari makanan yang bersumber dari hewani maupun yang bersumber dari nabati. Pada belut segar mengandung 20 mg/100 g zat besi. Kandungan zat besi pada belut lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi pada telur dan daging. Maka dari itu, kebutuhan tubuh terhadap zat besi rata-rata 12-18 mg per hari. Pengolahan dengan panas secara umum mengakibatkan kehilangan beberapa zat gizi terutama zat yang bersifat labil. Proses pemanasan dapat mendegradasi heme sehingga bioavailabilitas heme iron akan menjadi rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar zat besi pada belut yang dipanggang dengan belut yang dikukus dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (AAS) pada panjang gelombang 305,91 nm. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian Pre eksperimental. Sampel penelitian adalah belut yang dipanggang dan dikukus. Belut yang dipanggang dan dikukus dibuat dengan cara diabukan dalam muffle purnace pada suhu 650°C selama 4 jam kemudian dilarutkan dengan 10 Ml HNO3, didinginkan kemudian dimsukkan kedalam labu takar 50mL sampai tanda batas. Dilakukan pembacaan pada Spektopotometri Serapan Atom dengan tiga replikasi. Hasil pengukuran kadar zat besi pada belut dalam bentuk larutan yang telah diubah menjadi satuan mg/kg. Dimana kadar Fe pada belut yang dipanggang lebih tinggi di banding belut yang dikukus dengan kadar rata-rata 66,475 mg/kg dan 22,57 mg/kg
Peresepan Obat Generik Pada Pasien BPJS Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Awet Muda Narmada Nur Radiah; Harnia Handayani; Ade Irma Fitria Ningsih
JIKF Vol 10 No 2 (2022): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jikf.v10i2.1406

Abstract

BPJS kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan PerMenKes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 yang mewajibkan penulisan resep dengan nama generik di fasilitas Kesehatan Pemerintah untuk mengantisipasi tingginya harga obat. Rumah sakit sebagai instansi penyedia layanan kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk masyarakat Indonesia yang berlaku sejak 1 Januari 2014 memerlukan suatu pantauan dan evaluasi yang berkelanjutan untuk menjaga rasionalitas pengobatan dan kualitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar untuk evaluasi dan masukan bagi rumah sakit, dokter, apoteker, serta pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan pengobatan yang rasional. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif. Populasi sebanyak 2.163 lembar resep pasien BPJS sehingga sampel diambil sebanyak 263 lembar resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase obat dengan nama generik adalah 68,3 % (<82%) dikatakan baik namun masih kurang dari standar yang ditetapkan. Sedangkan hasil persentase kesesuaian obat dengan Formularium Nasional adalah 68,6% (<80%) dikatakan baik namun masih kurang dari standar. Dan hasil perhitungan persentase kesesuaian obat dengan Formularium Rumah Sakit adalah 86,8% (<100%) dikatakan cukup tinggi namun masih kurang dari standar yang sudah ditetapkan.
Uji Sifat Fisik Sediaan Krim Body Scrub Dari Ekstrak Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Ade Irma Fitria Ningsih; Anggi Juita Sari; Andy Susbandiyah Ifada
JIKF Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51673/jikf.v11i1.1668

Abstract

Bayam merah mengandung vitamin C dan flavonoid sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Sifat Fisik Sediaan Krim Body Scrub dari Ekstrak Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.). Penelitian ini merupakan penelitian pra- eksperimental. Ekstrak daun bayam merah diperoleh dari serbuk bayam merah yang digunakan sebanyak 100 gram dengan pelarut 1000 mL etanol 70% dan mendapatkan hasil ektrak kental sebanyak 45 gram. Dalam penelitian ini menggunakan daun bayam merah yang di buat dengan konsentrasi ( 0,75%, 1% dan 1,25%) dengan melakukan uji sifat fisik seperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya lekat, uji daya sebar dan uji iritasi. Data yang di peroleh di analisis secara deskriftif. Hasil uji organoleptis sediaan krim body scrub ekstrak bayam merah pada formulasi 0,75%, 1%, 1,25% berturut-turut berwarna coklat muda dan coklat tua, tekstur ada partikel kasar scrub, dan untuk bau pada sediaan krim body scrub bayam merah berbau aroma khas bayam merah. Uji homogenitas sediaan krim body scrub ekstrak bayam merah pada formulasi 0,75%, 1%, dan 1,25% homogen atau komponen sediaan tercampur merata. Uji pH sediaan krim body scrub ekstrak bayam merah pada formulasi 0,75%, 1%, 1,25% dengan rerata berturut-turut 7,8, 7,7, dan 7,6 hal ini telah memenuhi standar penelitian yaitu berkisar 4,5-8,0. Uji daya lekat sediaan krim body scrub ekstrak bayam merah pada formulasi 0,75%, 1%, 1,25% berturut-turut dengan rerata 5,21, 6,66 dan 6,38 detik hal ini telah memenuhi standar karena diatas 4 detik. Uji daya sebar sediaan krim body scrub ekstrak bayam merah pada formulasi 0,75%, 1%, 1,25% berturut-turt dengan rerata 5,1 dan 5 cm hal ini telah memenuhi standar yaitu berkisar antara 5-7 cm. Uji iritasi sediaan krim body scrub ekstrak bayam merah pada formulasi 0,76%, 1%, dan 1,25% tidak terjadi iritasi dan gatal atau sesuai standar. Kesimpulan sediaan krim body scrub ekstrak daun bayam merah pada pengujian organoleptis, uji homogenitas, uji pH, daya sebar, uji iritasi dan uji daya lekat pada formulasi 0,75%, 1%, 1,25% telah memenuhi syarat sesuai standar penelitian.